Seputaremas.co.id | 13 Februari 2025 Jakarta – Dalam menghadapi dinamika ekonomi global, penerapan “System Stability Settlement” berbasis nilai riil ekonomi menjadi perdebatan utama. Sistem ini menawarkan stabilitas jangka panjang, namun berisiko menimbulkan dampak negatif dalam hubungan internasional dalam jangka pendek. Salah satu tantangan terbesar adalah pengelolaan cadangan devisa yang tidak lagi bergantung pada mata uang fiat yang rentan terhadap kebijakan moneter global.
Selain itu, kebijakan direct settlement yang diterapkan untuk membatasi aliran dana ke luar negeri, khususnya seperti ke Singapura dan negara lainnya, di anggap dapat membawa dampak bagi perdagangan, investasi, dan stabilitas keuangan nasional. Meskipun bertujuan meningkatkan kemandirian ekonomi, kebijakan ini kini menghadapi tantangan dari segi likuiditas, diplomasi, serta respons pasar global.
System Price Stability dalam Sistem Floating Rate
Dalam upaya menjaga keseimbangan ekonomi, sistem Price Stability berbasis Floating Rate diterapkan untuk menyesuaikan nilai mata uang dengan kondisi pasar. Sistem ini memungkinkan fleksibilitas dalam menghadapi dinamika ekonomi global, namun juga membawa konsekuensi terhadap peredaran uang, inflasi, serta pertumbuhan ekonomi seperti yang terjadi selama ini, dimana mata uang suatu negara dapat di perjual belikan.
Pergerakan nilai mata uang dalam sistem ini bergantung pada permintaan dan penawaran, yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga. Ketika suku bunga naik, nilai mata uang cenderung menguat, namun dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi karena biaya pinjaman yang lebih tinggi. Sebaliknya, suku bunga rendah mendorong investasi dan konsumsi, tetapi berisiko meningkatkan inflasi.
Di sisi lain, pola ekonomi yang melibatkan “Holder dan Saver” turut memengaruhi stabilitas keuangan. Ketika terlalu banyak individu menahan uang tanpa mengalokasikannya dalam investasi atau sektor produktif, peredaran uang berkurang, yang dapat menyebabkan perlambatan ekonomi dan deflasi. Sebaliknya, jika tabungan terus berkurang akibat inflasi, daya beli masyarakat juga akan terdampak.
“Pemerintah dan pelaku ekonomi sudah di titik puncaknya saat ini, dimana menyeimbangkan kebijakan moneter agar sistem ini tetap berjalan dengan baik sudah sangat sulit dan berat, yang mana itu dapat kita lihat dari terus naik nya utang pemerintah di semua negara saat ini, akibat terus tergantung pada kebijakan moneter.” Pengendalian inflasi, optimalisasi investasi, serta kebijakan kredit yang tepat menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi, itulah yang selalu jadi bualan para politisi dan banker sejauh ini.
Dampak Negatif Price Stability dengan Konsep Holder-Saver bagi Negara dalam Hubungan Internasional (bukan bilateral yang menggunakan direct settlement/mata uang lokal)
Kategori | Dampak Negatif | Penjelasan Lengkap |
---|---|---|
1. Penyimpanan Devisa dalam Mata Uang Tidak Terbatas | Rentan terhadap Depresiasi Mata Uang Asing, utamanya dolar dan euro yang selama ini lebih banyak di cetak. | Jika suatu negara menyimpan devisa dalam mata uang fiat yang nilainya terus berfluktuasi akibat kebijakan moneter negara penerbit, maka nilai riil cadangan devisa dapat terkikis akibat inflasi global dan devaluasi mata uang tersebut. |
Keterikatan pada Kebijakan Moneter Asing | Negara pemegang mata uang asing harus mengikuti kebijakan moneter negara penerbit, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi domestik saat terjadi perubahan suku bunga atau kebijakan likuiditas global yang tidak selalu sesuai dengan kebutahan lokal. | |
Pengaruh terhadap Neraca Perdagangan | Jika cadangan devisa berbasis mata uang yang mengalami pelemahan, maka daya beli terhadap impor menurun. Sebaliknya, jika mata uang asing tersebut menguat, ekspor menjadi tidak kompetitif karena harga barang lebih mahal bagi pembeli luar negeri. | |
2. Ketergantungan pada Sistem Keuangan Global | Risiko Pembekuan Aset | Negara yang menyimpan devisanya dalam sistem keuangan global berisiko terkena sanksi atau pembekuan aset jika ada ketegangan geopolitik atau ketidakstabilan politik internasional seperti pada Rusia. |
Keterbatasan Akses terhadap Devisa di Krisis Global | Saat terjadi krisis keuangan global, likuiditas mata uang asing dapat berkurang, sehingga negara yang terlalu bergantung pada devisa fiat akan kesulitan mengakses likuiditas yang cukup untuk stabilisasi ekonomi. | |
Ketidakseimbangan Struktur Ekonomi | Negara yang lebih banyak menyimpan dan tidak menginvestasikan cadangan devisanya dalam sektor produktif akan mengalami stagnasi pertumbuhan ekonomi, sementara negara yang mencetak mata uang fiat akan terus mendapatkan manfaat tanpa harus menanggung dampak ekonomi riil. | |
3. Inflasi dan Ketimpangan dalam Sistem Keuangan | Pengaruh Inflasi Global terhadap Nilai Simpanan | Jika negara menyimpan aset dalam mata uang asing yang terdampak inflasi tinggi, maka daya beli cadangan devisa melemah dan mengurangi efektivitas stabilisasi ekonomi domestik. |
Ketimpangan dalam Distribusi Likuiditas | Ketika sebagian besar devisa disimpan sebagai cadangan, dapat terjadi keterbatasan likuiditas dalam ekonomi domestik yang dapat menghambat pertumbuhan sektor riil. | |
Pengaruh terhadap Harga Komoditas Strategis | Mata uang fiat yang disimpan sebagai cadangan dapat kehilangan nilai akibat manipulasi pasar global, sehingga harga impor bahan baku dan energi menjadi semakin mahal bagi negara yang bergantung pada sistem holder dan saver. | |
4. Ketidakseimbangan Investasi dan Aliran Modal | Kapital Mengalir ke Luar Negeri tanpa Dampak Positif | Negara yang lebih banyak menyimpan mata uang asing dibandingkan menggunakannya untuk investasi dalam negeri akan mengalami stagnasi ekonomi dan kehilangan potensi pertumbuhan. |
Kesenjangan dalam Infrastruktur dan Pembangunan | Jika devisa hanya disimpan tanpa dialokasikan ke proyek strategis, maka negara akan kehilangan peluang untuk meningkatkan daya saing infrastruktur dan ekonomi jangka panjang. | |
Eksploitasi Sumber Daya oleh Investor Asing | Ketika negara hanya berperan sebagai pemegang cadangan mata uang asing, investor luar negeri yang memiliki kelebihan likuiditas dapat mengakuisisi sumber daya strategis dengan harga lebih murah karena kelemahan ekonomi domestik. |
Konsep System Price Stability berbasis “holder dan saver” dalam stabilitas harga global akan terus memberikan dampak negatif bagi negara, terutama dalam hubungan internasional. Ketergantungan pada mata uang fiat dan kebijakan moneter asing akan menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi, risiko geopolitik, inflasi, serta stagnasi pertumbuhan yang akan mengarah pada akumulasi Utang. Oleh karena itu, negara perlu mengalihkan strategi ekonomi ke dalam sistem berbasis nilai riil agar tidak terjebak dalam ketergantungan pada sistem moneter global yang tidak stabil, walaupun di awal mungkin mendapatkan berbagai tantangan dalam jangka pendek.
Dampak negatif Price Stability dengan konsep Holder dan Saver terhadap hubungan bilateral dan multilateral;
Faktor | Dampak terhadap Hubungan Bilateral | Dampak terhadap Hubungan Multilateral |
---|---|---|
Perdagangan Internasional | Menurunnya permintaan impor karena daya beli domestik melemah akibat deflasi atau stagnasi ekonomi. | Ketidakseimbangan neraca perdagangan antarnegara, mengganggu stabilitas ekonomi global. |
Investasi Asing | Investor asing enggan masuk karena uang tidak beredar produktif dalam sektor riil. | Penurunan arus modal asing ke negara berkembang, dapat memperparah kesenjangan ekonomi global. |
Nilai Tukar Mata Uang | Ketergantungan pada spekulasi menyebabkan volatilitas mata uang yang akan mempersulit perdagangan dan investasi lintas negara. | Ketidakstabilan nilai tukar akan mengganggu mekanisme pasar global dan meningkatkan risiko krisis mata uang. |
Kebijakan Moneter | Negara mitra dagang bisa menerapkan kebijakan proteksionisme untuk melindungi ekonomi mereka dari dampak ketidakseimbangan uang di negara lain, seperti perang dagang dan perang tarif saat ini. | Ketidakseimbangan moneter antarnegara dapat memicu konflik kebijakan dan memperburuk kondisi ekonomi internasional, bahkan berakhir menjurus dan meruncing pada konflik geopolitik. |
Suku Bunga Global | Jika suku bunga dalam negeri terlalu tinggi atau rendah, mitra dagang bisa menyesuaikan kebijakan moneter mereka, yang dapat menghambat kerja sama ekonomi. | Ketidakseimbangan suku bunga antarnegara dapat menyebabkan aliran modal tidak menentu dan menimbulkan ketidakpastian pada pasar keuangan. |
Stabilitas Keuangan | Fluktuasi peredaran uang akibat perilaku Holder dan Saver dapat menyebabkan krisis ekonomi di dalam negeri yang akan berdampak ke negara lain. | Risiko sistemik meningkat karena dampak negatif dari satu negara dapat menyebar ke sistem keuangan secara global. |
Daya Saing Ekspor | Jika terlalu banyak uang tertahan (Holder), daya saing ekspor melemah karena kurangnya insentif produksi. | Negara yang mengandalkan ekspor akan kesulitan dalam kompetisi global akibat ketidakseimbangan pada permintaan. |
Arus Modal | Modal cenderung mengalir keluar ke negara dengan kebijakan moneter lebih stabil. | Kapitalisasi pasar internasional terganggu akibat pergerakan modal yang tidak merata antarnegara. |
Info ini menunjukan bahwa sistem Price Stability berbasis Holder danSaver dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan ekonomi global. Namun, Jika tidak diatur dengan baik, sistem ini dapat menghambat perdagangan internasional, memperburuk krisis moneter, dan mengganggu stabilitas keuangan dunia yang akan terus memburuk dari waktu ke waktu, sampai masa dimana kejatuhan Bubble global akan terjadi yang akan berakibat pada Great Reset.
System Stability Settlement Ekonomi Berbasis Nilai Riil Ekonomi Emas, Perak, Komoditas dan Energy (cadangan devisa dalam bentuk direct settement terbatas dengan kesepakatan bilateral masing-masing)
Dalam menghadapi dinamika global yang semakin kompleks, penerapan “System Stability Settlement” berbasis nilai ekonomi riil menjadi salah satu solusi untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Sistem ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada cadangan devisa dalam mata uang fiat dan spekulasi finansial, sekaligus memastikan transaksi berjalan berdasarkan nilai ekonomi yang nyata.
Selain itu, “Local Currency Settlement (LCS)“ juga mulai diterapkan guna mengurangi tekanan terhadap cadangan devisa dan mempermudah transaksi antar negara menggunakan mata uang domestik masing-masing. Hal ini diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar dan memperkuat hubungan dagang tanpa campur tangan mata uang ketiga.
Di tingkat domestik, “Local Currency Transaction (LCT)” diimplementasikan untuk meningkatkan efisiensi transaksi dalam negeri. Dengan menggunakan mata uang lokal tanpa perlu konversi ke mata uang asing, dengan demikian diharapkan stabilitas harga dan daya saing industri nasional akan semakin terjaga.
Pemerintah juga mulai mengembangkan konsep “Direct Settlement (DS)“, di mana transaksi antara dua pihak dapat diselesaikan langsung tanpa perantara keuangan asing. Langkah ini diharapkan mampu mengurangi kebocoran ekonomi akibat capital outflow dan memastikan hasil produksi serta konsumsi tetap berputar dalam perekonomian nasional.
“Penerapan berbagai mekanisme ini menandai langkah besar dalam membangun kemandirian ekonomi, memastikan stabilitas transaksi, dan mencegah spekulasi yang dapat merugikan sektor riil. Dengan demikian, Indonesia akan semakin siap menghadapi perubahan sistem global yang beralih menuju stabilitas berbasis settlement nilai riil saat ini.”
Dampak negatif System Stability Settlement berbasis nilai riil ekonomi bagi negara dalam hubungan internasional;
Kategori | Dampak Negatif | Dampak Negatif |
---|---|---|
Cadangan Devisa | Penyimpanan dalam mata uang tidak terbatas dolar dan euro | Negara yang menyimpan devisa dalam mata uang fiat yang tidak memiliki batasan pasokan (seperti USD atau EUR) akan terpengaruh oleh kebijakan moneter negara penerbit, seperti inflasi tinggi atau depresiasi nilai tukar akibat pencetakan uang berlebihan. |
Ketergantungan pada nilai riil | Dengan menerapkan nilai riil, cadangan devisa tidak bisa lagi diperoleh dari ekspansi moneter, sehingga negara harus memiliki surplus perdagangan yang tinggi untuk menjaga stabilitas cadangan. | |
Perdagangan Internasional | Keterbatasan likuiditas | Penggunaan settlement berbasis nilai riil mengurangi fleksibilitas dalam perdagangan global, terutama bagi negara yang masih bergantung pada impor karena perlu menyediakan komoditas atau aset riil sebagai alat pembayaran. |
Risiko eksklusi dari pasar global | Negara yang tidak menggunakan mata uang fiat dalam perdagangan internasional berisiko kehilangan akses ke sistem keuangan global yang masih didominasi oleh dolar AS dan euro. | |
Stabilitas Keuangan | Terbatasnya pengaruh kebijakan moneter | Negara tidak bisa menggunakan kebijakan moneter ekspansif untuk mengatasi resesi atau krisis ekonomi, karena uang yang beredar harus selalu didukung oleh nilai riil ekonomi. |
Sulitnya mengatasi capital flight | Ketika terjadi capital flight (pelarian modal), negara kesulitan menstabilkan ekonomi karena tidak bisa mencetak uang atau menerapkan kontrol moneter fleksibel. | |
Hubungan Diplomasi dan Geopolitik | Tekanan dari negara adidaya | Negara-negara besar yang masih menggunakan sistem moneter fiat akan memberikan tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap negara yang menerapkan sistem berbasis nilai riil. |
Isolasi dalam sistem keuangan global | Negara yang menolak standar fiat dapat menghadapi sanksi ekonomi atau dikucilkan dari sistem pembayaran internasional seperti SWIFT. | |
Investasi Asing | Berkurangnya investasi spekulatif | Investor asing cenderung enggan menanamkan modal dalam negara yang tidak menggunakan sistem fiat karena keterbatasan instrumen spekulatif seperti obligasi berbasis mata uang fiat. |
Risiko keterbatasan modal ekspansi | Perusahaan dalam negeri sulit mendapatkan modal dari investor luar negeri jika settlement berbasis nilai riil membatasi fleksibilitas konversi mata uang. | |
Sektor Perbankan | Berkurangnya profitabilitas bank | Bank kehilangan keuntungan dari ekspansi kredit berbasis fiat karena sistem settlement berbasis nilai riil membatasi penciptaan uang melalui utang. |
Risiko likuiditas | Perbankan bisa mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek karena tidak dapat mengandalkan pinjaman berbasis fiat dari bank sentral. |
Penerapan “System Stability Settlement berbasis nilai riil ekonomi” dalam jangka pendek terhadap hubungan internasional memang memiliki banyak tantangan, terutama dalam menghadapi tekanan dari sistem keuangan global yang masih mengandalkan ekspansi moneter berbasis fiat. Meskipun memberikan stabilitas jangka panjang, negara yang menerapkan sistem ini harus siap menghadapi keterbatasan likuiditas, ketidakfleksibelan kebijakan ekonomi, dan potensi isolasi dari pasar global.
Kabar baiknya adalah, kita Indonesia, dimana SDA dapat di olah dengan optimal bila saja produktifitas ingin di tingkatkan, namun demikian masing-masing negara tetap memiliki keistimewaan masing seperti sumber minyak, gas, emas, tanah jarang dan soft commodity yang tidak dapat tumbuh di wilayah lainnya.
Dampak negatif “System Stability Settlement berbasis nilai riil ekonomi” bagi negara dalam hubungan bilateral dan multilateral;
Aspek | Dampak dalam Hubungan Bilateral | Dampak dalam Hubungan Multilateral |
---|---|---|
Ketergantungan Perdagangan | Beberapa negara mitra mungkin enggan bertransaksi tanpa mekanisme berbasis mata uang global, yang menyebabkan hambatan dagang. | Negara-negara dengan sistem keuangan tradisional dapat menolak kerja sama atau menekan negara yang menerapkan System stability settlement |
Stabilitas Nilai Tukar | Jika negara mitra masih bergantung pada mata uang asing, dapat terjadi ketidakseimbangan dalam nilai tukar yang bisa merugikan perdagangan. | Pasar internasional bisa melihat kebijakan ini sebagai ancaman terhadap stabilitas keuangan global, meningkatkan tekanan spekulatif. |
Dukungan Finansial Global | Negara mungkin kehilangan akses ke pinjaman berbasis dolar atau mata uang asing lainnya, meningkatkan tantangan dalam pendanaan proyek besar. | Institusi keuangan global (IMF, Bank Dunia) bisa membatasi dukungan karena ketidaksesuaian dengan kebijakan mereka. |
Perdagangan Internasional | Jika negara mitra menolak menggunakan sistem ini, ekspor dan impor dapat mengalami penurunan drastis. | Risiko isolasi ekonomi meningkat jika banyak negara lebih memilih sistem berbasis dolar atau euro. |
Ketidakstabilan Pasar Modal | Investor asing mungkin menarik dananya karena ketidakpastian terkait akses dan likuiditas modal berbasis mata uang lokal. | Bursa efek dan investasi global bisa mengalami volatilitas tinggi karena ketidakpastian dalam konversi nilai aset. |
Penerimaan Global | Negara-negara maju yang mendominasi sistem keuangan global dapat memberikan tekanan diplomatik atau sanksi ekonomi. | Sistem keuangan internasional berbasis dolar dapat melemahkan akses negara terhadap perdagangan global. |
Kendala Implementasi | Butuh waktu dan koordinasi tinggi dengan mitra dagang untuk transisi ke sistem ini, yang bisa memperlambat arus perdagangan. | Dapat memicu ketidakstabilan ekonomi jika transisi tidak dilakukan secara bertahap dan strategis. |
Kesenjangan dengan Sistem Konvensional | Negara dengan sistem ini bisa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan mekanisme pembayaran dengan negara lain yang masih berbasis fiat. | Struktur perdagangan global masih didominasi oleh sistem lama, sehingga integrasi ekonomi menjadi lebih sulit. |
Meskipun “System Stability Settlement“ berbasis nilai riil ekonomi dapat mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing dan meningkatkan kemandirian ekonomi, penerapannya tetap menghadapi tantangan besar dalam hubungan Internasional (global), bilateral dan multilateral (regional). Transisi yang kurang terkoordinasi bisa berdampak negatif terhadap perdagangan, investasi, dan stabilitas ekonomi negara yang menerapkan konsep.
- Internasional, Hubungan ekonomi, politik, atau perdagangan yang melibatkan banyak negara di seluruh dunia tanpa batasan wilayah tertentu. Contoh: PBB, WTO, IMF.
- Bilateral, Kerja sama antara dua negara secara langsung. Biasanya dalam bentuk perjanjian dagang, investasi, atau diplomasi. Contoh: Perjanjian dagang antara Indonesia dan China.
- Multilateral, Kerja sama antara tiga atau lebih negara dalam suatu perjanjian atau organisasi. Contoh: ASEAN, Uni Eropa, BRICS.
“Untuk menghindari floating rate, bunga, dan manipulasi stabilitas harga, perlu diterapkan sistem ekonomi yang lebih adil dan berbasis nilai intrinsik.”
1. Menggunakan Sistem Nilai Tukar Berbasis Aset Nyata
- Alih-alih menggunakan floating rate, nilai mata uang harus dikaitkan dengan aset riil seperti emas, perak, atau komoditas utama.
- Dengan sistem ini, uang memiliki nilai intrinsik dan tidak dapat dimanipulasi oleh spekulan atau kebijakan moneter yang hanya akan merugikan masyarakat.
- Menggunakan sistem dinar-dirham atau mata uang berbasis komoditas yang memiliki daya beli tetap terhadap barang dan jasa misalnya.
2. Menghapuskan Bunga dan Menggantikannya dengan Sistem Bagi Hasil
- Bunga hanya menguntungkan pihak pemberi pinjaman dan memperburuk ketimpangan ekonomi.
- Sebagai gantinya, gunakan sistem mudharabah (bagi hasil) dan musyarakah (kerjasama investasi) yang lebih adil dapat menjadi gantinya.
- Dalam sistem ini, keuntungan dan risiko dibagi secara proporsional antara pemodal dan pengelola usaha, sehingga tidak ada eksploitasi sepihak.
3. Menjaga Stabilitas Harga Berdasarkan Keseimbangan Alamiah
- Harga harus ditentukan oleh supply dan demand yang alami, bukan oleh intervensi moneter yang menciptakan ilusi stabilitas, contoh dengan Hukum Ekonomi berdasarkan Waktu, Proses dan Kelimpahan.
- Pemerintah sebaiknya hanya berperan dalam menjaga keseimbangan produksi dan distribusi, bukan mengendalikan harga dengan kebijakan yang merugikan masyarakat kecil.
- Mendorong sistem barter modern atau ekosistem perdagangan berbasis komoditas langsung tanpa ketergantungan uang fiat.
Desentralisasi Ekonomi, Kurangi ketergantungan pada sistem keuangan global dengan memperkuat ekonomi lokal berbasis produksi dan pertukaran langsung.
Pendidikan Ekonomi Mandiri, Ajarkan masyarakat cara menjaga nilai aset dan kekayaan dengan metode yang tidak bergantung pada sistem bunga dan inflasi.
Penguatan Kedaulatan Finansial, Negara-negara harus membangun sistem perdagangan bilateral atau multilateral yang berbasis aset nyata tanpa campur tangan lembaga keuangan global.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, ekonomi akan lebih stabil, berkeadilan, dan tidak mudah dimanipulasi oleh kepentingan segelintir pihak. (red)