Seputaremas.co.id | 7 Februari 2025 Jakarta – Di tengah ketidakstabilan ekonomi global yang semakin nyata, sudah saatnya seluruh bangsa ini mulai melakukan perombakan fundamental untuk kembali ke ekonomi berbasis sektor riil. “Krisis yang berulang akibat spekulasi di pasar keuangan, perdagangan derivatif yang tidak berbasis pada produksi nyata, serta manipulasi nilai tukar telah membawa dampak negatif yang merugikan masyarakat luas di berbagai negara.” Kini, diperlukan langkah konkret untuk membangun sistem ekonomi yang lebih stabil, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan jangka panjang.
Mengembalikan Transparansi dalam Pengelolaan Anggaran
Salah satu pilar utama dalam membangun ekonomi yang kuat adalah transparansi dalam pengelolaan anggaran negara. “Dengan audit berkala dan keterbukaan data keuangan pemerintah, kebocoran anggaran yang selama ini menjadi masalah utama dapat ditekan. Digitalisasi transaksi keuangan negara dengan sistem pemantauan real-time akan menjadi solusi mutlak untuk memastikan setiap rupiah digunakan secara efektif.” Sistem lelang proyek yang berbasis blockchain juga harus diterapkan guna menghilangkan mark-up harga dan praktik korupsi yang selama ini merugikan negara. Selain itu, pengawasan ketat terhadap penerimaan pajak dan retribusi akan memastikan pendapatan negara tidak bocor, sehingga fiskal tetap stabil dan anggaran dapat dialokasikan untuk sektor-sektor produktif.
Menghapus Spekulasi yang Merusak Stabilitas Ekonomi
Pasar saham dan perdagangan mata uang yang selama ini lebih banyak didominasi oleh spekulasi telah menciptakan volatilitas yang merugikan. “Untuk membangun ekonomi yang kuat, perdagangan berbasis utang seperti short selling dan margin trading harus dihapuskan.” Pasar saham harus kembali kepada fungsi utamanya sebagai tempat investasi yang mencerminkan nilai riil suatu perusahaan. Sementara itu, perdagangan valuta asing hanya boleh dilakukan untuk keperluan transaksi perdagangan dan investasi produktif, “bukan sebagai alat spekulasi yang dapat menggoyahkan nilai tukar mata uang nasional.”
Perdagangan komoditas pun harus dikembalikan kepada prinsip dasarnya, yakni transaksi yang berbasis pada barang nyata. “Kontrak berjangka tanpa pengiriman fisik harus dihapuskan guna mencegah manipulasi harga pangan dan energi yang selama ini sering kali mengorbankan kepentingan masyarakat luas.” Begitu pula dengan aset digital dan crypto yang tidak memiliki nilai fundamental, yang hanya memperbesar gelembung ekonomi tanpa kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.
Membangun Sektor Industri, Pertanian, dan Energi yang Kuat
Perekonomian yang sehat harus bertumpu pada sektor riil yang kuat, terutama industri, pertanian, dan energi. “Industri manufaktur perlu didorong dengan insentif pajak bagi sektor yang berorientasi ekspor atau substitusi impor, sehingga daya saing nasional dapat meningkat. Pertanian harus kembali menjadi tulang punggung ekonomi dengan memberikan subsidi bagi petani serta membatasi impor pangan yang dapat diproduksi di dalam negeri, guna mencapai swasembada dan menjaga stabilitas harga.”
Di sektor energi, “hilirisasi sumber daya alam menjadi keharusan. Larangan ekspor bahan mentah harus diperkuat agar nilai tambah dapat dinikmati di dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan terhadap impor energi.” Sementara itu, UMKM sebagai motor penggerak ekonomi rakyat harus didukung dengan kredit berbunga rendah dan proteksi terhadap produk lokal dari dominasi produk impor.
“Infrastruktur dan transportasi juga harus dirancang untuk mendukung industri dan produksi, bukan sekadar pembangunan konsumtif. Investasi pada sistem logistik yang efisien akan menurunkan biaya produksi, memperkuat daya saing, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.”
Membangun Masa Depan Ekonomi yang Stabil dan Berkeadilan
“Langkah-langkah ini bukan hanya sekadar kebijakan, melainkan sebuah revolusi ekonomi yang akan membawa banyak bangsa di dunia ini menuju kemandirian yang sesungguhnya. Dengan menutup celah bagi spekulan dan mengembalikan ekonomi ke jalur produksi nyata, kita dapat menciptakan sistem yang lebih stabil, adil, dan berpihak kepada masyarakat luas dan mengambil apa yang seharsnya menjadi hak kita dengan melawan Globalisasi dan Elit Global di seluruh Dunia.”
“Kini saatnya kembali kepada prinsip ekonomi yang sehat, di mana nilai harus dihasilkan dari kerja nyata, bukan sekadar angka-angka dalam sistem keuangan yang mudah dimanipulasi. Dengan disiplin fiskal, eliminasi spekulasi, dan dukungan penuh bagi sektor riil, pemulihan ekonomi dalam satu tahun bukanlah hal yang mustahil. Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk melangkah, komitmen untuk bertindak, dan tekad untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat.”
Berikut adalah info yang menjelaskan cara kerja saham sebelum era floating rate dan derivative, yang masih fokus pada usaha sektor riil;
Aspek | Cara Kerja Saham Sebelum Floating Rate & Derivative |
---|---|
Dasar Nilai Saham | Berdasarkan kinerja usaha sektor riil, bukan spekulasi atau instrumen keuangan turunan. |
Penentuan Harga | Harga saham ditentukan oleh laporan keuangan perusahaan dan dividen yang dihasilkan. |
Pembagian Keuntungan | Keuntungan diberikan dalam bentuk dividen langsung kepada pemegang saham sesuai dengan laba perusahaan. |
Sumber Pendanaan | Saham diterbitkan untuk menghimpun modal guna ekspansi usaha nyata, seperti industri manufaktur, pertanian, dan perdagangan fisik. |
Pergerakan Harga | Stabil, karena harga hanya berubah berdasarkan pertumbuhan perusahaan dan permintaan pasar yang realistis. |
Peran Investor | Investor adalah pemilik langsung usaha dan memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan strategis. |
Risiko Investasi | Risiko lebih rendah karena didasarkan pada aset riil dan bukan spekulasi pasar atau leverage berlebihan. |
Transparansi | Laporan keuangan dan perkembangan usaha mudah dipahami karena berfokus pada aktivitas bisnis nyata. |
Mekanisme Jual-Beli | Saham diperdagangkan langsung antara investor tanpa instrumen spekulatif seperti short selling atau margin trading. |
Dampak ke Ekonomi | Memberikan dampak positif langsung ke perekonomian riil dengan menciptakan lapangan kerja dan produksi barang/jasa. |
Sebelum adanya sistem floating rate dan derivative, saham lebih berfungsi sebagai bentuk kepemilikan usaha nyata, bukan alat spekulasi finansial seperti yang umum terjadi di era modern saat ini.
Meskipun sistem saham sebelum era floating rate dan derivative lebih fokus pada sektor riil, tetap ada beberapa celah kekurangan dan risiko manipulatif yang terjadi, seperti yang dirangkum dalam tabel berikut;
Aspek | Celah Kekurangan & Risiko Manipulatif |
---|---|
Likuiditas Terbatas | Karena saham hanya didasarkan pada usaha sektor riil tanpa instrumen turunan, likuiditasnya lebih rendah, sehingga sulit bagi investor untuk keluar dari investasi dengan cepat. |
Ketergantungan pada Kinerja Perusahaan | Jika perusahaan mengalami kerugian atau stagnasi, harga saham sulit meningkat karena tidak ada mekanisme lain untuk menjaga harga tetap menarik bagi investor. |
Akses Modal yang Lebih Lambat | Perusahaan harus benar-benar membuktikan kinerja usahanya untuk menarik investor |
Kemungkinan Insider Trading | Karena tidak ada regulasi ketat seperti saat ini, pemilik atau orang dalam bisa lebih mudah mengeksploitasi informasi bisnis untuk keuntungan pribadi. |
Penggelembungan Laporan Keuangan | Perusahaan bisa memanipulasi laporan keuangan untuk menarik investor, karena nilai saham sangat bergantung pada kinerja usaha yang dilaporkan. |
Monopoli & Kartel | Pemegang saham mayoritas bisa mengendalikan keputusan perusahaan secara sepihak dan menekan pemegang saham minoritas tanpa mekanisme perlindungan yang kuat. |
Sulitnya Diversifikasi Risiko | Investor tidak bisa dengan mudah mengalihkan risiko karena instrumen keuangan terbatas hanya pada kepemilikan usaha riil, tanpa adanya hedging atau derivative. |
Rentan terhadap Krisis Usaha Sektoral | Jika suatu sektor mengalami penurunan, seluruh investasi di saham sektor tersebut bisa terkena dampak besar tanpa ada mekanisme perlindungan seperti hedging kecuali di sektor lainnya. |
Manipulasi Pasar dengan Buyback Agresif | Perusahaan bisa membeli kembali sahamnya sendiri untuk menaikkan harga secara artifisial, tanpa benar-benar mencerminkan pertumbuhan usaha. (pump model lama) |
Korupsi & Nepotisme | Karena investor lebih terlibat langsung dalam manajemen, ada potensi penyalahgunaan dana perusahaan untuk kepentingan pemilik atau pengelola tertentu tanpa transparansi penuh. |
Meskipun sistem saham pada masa itu lebih berbasis ekonomi riil, tetap ada celah bagi manipulasi, terutama dalam bentuk insider trading, penggelembungan laporan keuangan, dan praktik monopoli dalam perusahaan. Namun, karena belum adanya instrumen spekulatif seperti saat ini, manipulasi lebih terbatas pada operasional usaha dibandingkan eksploitasi pasar finansial. “Pertanyaaan nya, Apalah Masih layak Sistem ini di gunakan di eras System Stability Settlement?”
Dalam Islam, Saham yang berbasis perusahaan halal, memiliki aset dan bisnis nyata, serta tidak mengandung riba, gharar, dan maysir “dapat dibenarkan dalam Islam/boleh”. Namun, saham yang bersifat spekulatif, berbasis utang berbunga tinggi, atau tidak memiliki transparansi keuangan bisa dianggap tidak sesuai dengan prinsip syariah, seperti kasus tentang laporan penggelebungan keuntungan.
Sektor-sektor yang perlu dihilangkan untuk kembali ke sistem sebelum floating rate dan derivative trading, serta dampak yang akan terjadi;
Degradasi Sistem, Kembali ke Era Sebelum Floating Rate & Derivative Trading
Sektor | Alasan Harus Dihilangkan | Dampak Positif | Dampak Negatif & Solusi |
---|---|---|---|
Pasar Forex Spekulatif | Forex modern berbasis spekulasi dan leverage tinggi, bukan nilai riil mata uang. | Stabilitas nilai tukar berdasarkan neraca perdagangan dan cadangan emas. | Likuiditas global berkurang, memperlambat transaksi internasional, kecuali cadangan emas naik atau produksi ekonomi riil naik. |
Derivatif Keuangan (Futures, Options, Swaps) | Tidak berbasis ekonomi riil, hanya digunakan untuk spekulasi dan manipulasi harga. | Harga komoditas dan saham lebih mencerminkan nilai riil usaha. | Risiko tidak bisa di-hedging, meningkatkan volatilitas di sektor riil, untuk itu diperlukan upaya diversifikasi risiko di sektor lainnya |
Sistem Fractional Reserve Banking | Perbankan menciptakan uang dari utang tanpa cadangan penuh. | Uang memiliki nilai lebih stabil dan berbasis aset nyata (emas/perak). | Kredit lebih sulit diperoleh, memperlambat ekspansi usaha, solusi pendanaan bisa dengan saham konsep lama namun sistem informasi harus lebih tranparan dan regulasi dibuat lebih ketat. |
Pasar Saham Berbasis Spekulasi | Saham saat ini diperdagangkan seperti aset spekulatif, bukan kepemilikan usaha riil. | Saham lebih mencerminkan kinerja usaha nyata. | Investor jangka pendek keluar dari pasar, mengurangi investasi cepat, bila saham dikembalikan ke konsep awal. |
High-Frequency Trading (HFT) | Algoritma komputer membuat transaksi ultra-cepat tanpa analisis fundamental. | Mengurangi volatilitas buatan dan manipulasi harga oleh robot trading. | Pasar menjadi kurang likuid, transaksi lebih lambat, untuk itu jenis transkasi LCT harus di tingkatkan. |
Sektor Hedge Fund & Private Equity Spekulatif | Fokus pada keuntungan jangka pendek dengan leverage tinggi. | Perusahaan berkembang berdasarkan investasi riil, bukan arbitrase keuangan. | Startup dan inovasi berkurang karena pendanaan spekulatif menurun. (Dengan model berbasis ekonomi riil seperti profit-sharing, pendanaan aset riil, kemitraan langsung, dan model komunitas, inovasi bisa tetap berkembang tanpa risiko ketidakstabilan akibat modal spekulatif.) |
Obligasi Negara Berbasis Utang Fiat | Negara menerbitkan obligasi tanpa cadangan aset riil. | Mencegah penciptaan utang negara yang berlebihan. | Negara harus mencari sumber pendanaan alternatif, seperti pajak lebih tinggi atau cadangan emas. |
Credit Default Swaps (CDS) & Structured Products | Instrumen keuangan kompleks yang menciptakan risiko sistemik tanpa kontribusi ke ekonomi riil. | Menghindari krisis keuangan akibat bubble utang. | Perbankan lebih konservatif dalam memberi pinjaman, menghambat pertumbuhan. (Dengan mengganti CDS dan Structured Products dengan instrumen keuangan berbasis ekonomi riil seperti takaful kredit, sukuk, mudharabah, dan asset-backed financing, risiko sistemik bisa dikurangi, sementara pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.) |
Short Selling di Pasar Saham | Memungkinkan investor bertaruh pada kejatuhan harga saham tanpa memiliki aset riil. | Harga saham lebih stabil karena tidak bisa dimanipulasi dengan posisi short besar. | Kehilangan mekanisme koreksi pasar dari saham yang overvalued. (Dengan mengganti short selling dengan mekanisme koreksi berbasis stock split, buyback mudharabah, dan market-making syariah, stabilitas harga saham dapat dijaga tanpa spekulasi berlebihan.) |
Cryptocurrency Spekulatif (tanpa Aset Fisik) | Banyak kripto hanya berbasis permintaan dan kepercayaan, bukan nilai intrinsik. | Mencegah gelembung aset digital yang tidak berbasis sektor riil. | Inovasi teknologi blockchain melambat karena kehilangan pendanaan. (Blockchain tetap dapat berkembang sebagai teknologi finansial dan fungsi pencatatan transaksi, tanpa menjadi instrumen spekulatif. Dengan membatasi kripto hanya untuk aset riil dan settlement, serta melarang spekulasi liar seperti crypto berbasis dolar, maka ekonomi tetap stabil tanpa kehilangan manfaat teknologi blockchain.) |
Bank Investasi Berbasis Leverage Tinggi | Bank besar menggunakan pinjaman untuk spekulasi pasar keuangan. | Menghindari krisis akibat over-leverage dan debt bubbles. | Berkurangnya akses pendanaan untuk ekspansi bisnis berbasis utang. (Dalam System Stability Settlement, utang tetap digunakan tetapi dalam bentuk yang lebih sehat dan berbasis produktivitas. Dengan menggantikan spekulasi berbasis leverage tinggi dengan pembiayaan berbasis aset nyata, profit-sharing, dan produksi, sistem keuangan menjadi lebih stabil, mencegah krisis utang, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan dan tanpa riba.) |
Apa yang Terjadi Jika Sistem Kembali ke Sebelum Floating Rate & Derivative Trading?
- Ekonomi Lebih Berbasis Riil
- Investasi hanya masuk ke sektor yang memiliki nilai nyata seperti manufaktur, pertanian, dan energi.
- Saham kembali menjadi bukti kepemilikan perusahaan, bukan instrumen spekulatif.
- Stabilitas Mata Uang & Keuangan
- Uang berbasis emas/perak atau aset nyata, menghindari inflasi tinggi akibat penciptaan uang fiat berlebihan.
- Tidak ada lagi krisis akibat derivatif dan spekulasi berlebihan.
Dalam Sistem sebelum floating rate dan derivative trading, ekonomi harus dijalankan lebih disiplin, berbasis produksi nyata, dan menghindari penciptaan uang atau aset yang tidak memiliki dasar riil seperti Suku bunga dan Riba.
Dampak Transisi ke System Stability Settlement dan Eliminasi Risiko Ekonomi
Pendekatan System Stability Settlement menggantikan sistem berbasis floating rate dan derivative trading dengan mekanisme ekonomi berbasis riil, stabilitas nilai, dan transaksi langsung (direct settlement). Hal ini dapat menghilangkan risiko spekulasi, ketergantungan terhadap fiat debt, dan leverage tinggi, sambil tetap menjaga pertumbuhan ekonomi dan inovasi secara berkelanjutan.
Sektor yang Dihilangkan | Dampak Sebelum Transisi | Solusi dalam System Stability Settlement | Dampak Setelah Transisi |
---|---|---|---|
Pasar Forex Spekulatif | Volume perdagangan valas turun drastis. | Local Currency Settlement (LCS) & Direct Trade Agreements mengurangi ketergantungan pada valas. | Perdagangan internasional tetap lancar dengan stabilitas nilai tukar. |
Derivatif Keuangan (Futures, Options, Swaps) | Risiko harga bahan baku meningkat karena hedging tidak tersedia. | Komoditas diperdagangkan dengan harga berbasis nilai intrinsik (commodity-based pricing). | Harga lebih stabil karena transaksi berbasis kontrak langsung dan cadangan aset riil. |
Sistem Fractional Reserve Banking | Kredit terbatas, pertumbuhan ekonomi melambat. | Penerapan pembiayaan berbasis aset nyata & bagi hasil (equity financing). | Kredit tetap tersedia tanpa menciptakan utang berlebih atau inflasi buatan. |
Pasar Saham Berbasis Spekulasi | Likuiditas saham menurun, sulit ekspansi modal. | Ekuitas berbasis aset nyata & profit-sharing (mudharabah/musyarakah) menggantikan spekulasi saham. | Perusahaan tetap mendapatkan pendanaan dari investor jangka panjang tanpa distorsi harga saham. |
High-Frequency Trading (HFT) | Pasar kehilangan likuiditas instan. | Penerapan settlement berbasis real-time clearing dengan harga wajar. | Likuiditas tetap ada dengan transaksi transparan tanpa manipulasi harga. |
Sektor Hedge Fund & Private Equity Spekulatif | Inovasi berkurang karena modal spekulatif hilang. | Pendanaan langsung berbasis produksi & teknologi riil (venture philanthropy & impact investment). | Startup tetap berkembang dengan modal yang lebih stabil dan sehat. |
Obligasi Negara Berbasis Utang Fiat | Pemerintah kesulitan mendapatkan pendanaan infrastruktur. | Penerapan sukuk berbasis aset & sovereign wealth fund (SWF). | Infrastruktur tetap berkembang tanpa menambah utang negara yang berlebihan. |
Credit Default Swaps (CDS) & Structured Products | Risiko kredit tidak bisa didistribusikan. | Penerapan lending risk-sharing agreements & collateralized lending. | Risiko kredit lebih sehat karena berbasis aset, bukan spekulasi. |
Short Selling di Pasar Saham | Mekanisme koreksi harga hilang, saham overvalued tetap mahal. | Pemecahan nilai saham (Stock Split) & Penyesuaian Kapitalisasi Pasar. | Saham tetap mencerminkan nilai wajar tanpa manipulasi harga. |
Cryptocurrency Spekulatif | Aset digital kehilangan daya tarik investasi. | Blockchain tetap berkembang sebagai teknologi, bukan alat spekulatif. | Inovasi blockchain tetap berjalan, tetapi nilai kripto berbasis utility & sektor riil. |
Bank Investasi Berbasis Leverage Tinggi | Perbankan kehilangan daya saing karena tidak bisa menggunakan leverage tinggi. | Pendanaan berbasis profit-sharing, tanpa leverage tinggi yang merugikan sistem. | Perbankan tetap berkembang dengan model investasi berbasis ekuitas dan produktivitas. |
Stabilitas & Pertumbuhan Berkelanjutan dalam System Stability Settlement
- Ekonomi Tetap Bertumbuh Stabil Transisi ke pembiayaan berbasis aset nyata menggantikan spekulasi berbasis utang.
- Inovasi Tidak Terhambat, Startup & sektor teknologi tetap berkembang dengan pendanaan berbasis produksi & impact investment.
- Nilai Mata Uang Tidak Runtuh, Settlement berbasis nilai komoditas & kesepakatan bilateral memastikan stabilitas keuangan global.
- Keuangan Lebih Sehat & Anti-Krisis, Hilangnya leverage tinggi dan derivatif spekulatif mencegah bubble keuangan & krisis sistemik.
Pendekatan System Stability Settlement membuktikan bahwa penghapusan sistem berbasis spekulasi & derivatif tidak menghambat ekonomi, melainkan menciptakan sistem keuangan yang lebih sehat, stabil, dan berbasis nilai riil.
Berapa Lama Waktu yang di Butuhkan Untuk Pemulihan
Waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan setelah menghapus sektor berbasis floating rate dan derivative trading bergantung pada beberapa faktor, seperti adaptasi sistem keuangan, restrukturisasi pasar, dan kesiapan sektor riil. estimasi waktunya berdasarkan tiap aspek utama;
Analisa Estimasi Waktu Pemulihan Setelah Penghapusan Sistem Floating Rate & Derivative Trading
Aspek | Perubahan yang Terjadi | Estimasi Waktu Pemulihan | Faktor yang Mempengaruhi |
---|---|---|---|
Pasar Keuangan & Valas | Transisi dari floating rate ke sistem berbasis standar emas atau mata uang tetap. | 5-10 tahun | Stabilitas moneter global, persediaan emas, kesepakatan internasional. |
Perbankan & Kredit | Bank harus menyesuaikan dari fractional reserve ke sistem cadangan penuh. | 10-20 tahun | Kemampuan bank mendapatkan dana cadangan, kebijakan regulasi, adaptasi bisnis. |
Investasi & Modal Usaha | Hilangnya hedge fund dan private equity spekulatif mengurangi investasi. | 7-15 tahun | Kemampuan sektor riil menarik investasi jangka panjang, kebijakan fiskal pemerintah. |
Pertumbuhan Ekonomi | Awal perlambatan karena kredit terbatas, kemudian stabilisasi. | 10-25 tahun | Inovasi sektor riil, kesiapan industri dalam negeri, permintaan global. |
Harga Komoditas & Barang | Fluktuasi tinggi awalnya, stabil setelah sistem hedging berbasis fisik diterapkan. | 5-15 tahun | Penguatan pasokan dalam negeri, kestabilan produksi, diversifikasi ekonomi. |
Pasar Saham & Investasi Publik | Hilangnya spekulasi menyebabkan pergerakan saham lebih lambat dan kurang likuid. | 10-20 tahun | Minat investor pada saham sektor riil, regulasi untuk mendukung pasar modal. |
Pemerintah & Infrastruktur | Tanpa obligasi fiat, proyek besar bergantung pada pajak atau investasi asing. | 15-30 tahun | Kemampuan pemerintah mengelola anggaran, kepercayaan investor pada model baru. |
Lapangan Kerja & Bisnis | Sektor finansial menyusut, tetapi sektor riil bisa tumbuh dalam jangka panjang. | 5-20 tahun | Adaptasi bisnis ke sistem baru, tingkat kemandirian ekonomi nasional. |
Perkiraan Skema Pemulihan:
- 5 Tahun Pertama → Krisis adaptasi, inflasi tidak stabil, suku bunga tinggi, kontraksi ekonomi awal.
- 5-15 Tahun → Stabilisasi sektor riil, industri mulai tumbuh, perdagangan kembali lancar.
- 15-30 Tahun → Model ekonomi baru mapan, pertumbuhan lebih organik dan berbasis nilai nyata.
Jika transisi ini adalah dari konsep baru ke konsep lama, maka tidak ada ruang bagi stabilisasi bertahap. Sistem finansial yang selama ini bergantung pada leverage, derivatif, dan fiat debt expansion akan mengalami degradasi cepat, bukan dalam hitungan dekade, tetapi hanya dalam 1 tahun atau bahkan hanya butuh 6 bulan saja.
Mengapa?
- Leverage tinggi, Begitu likuiditas fiat dan sistem derivatif hilang, bank investasi, hedge fund, dan pasar keuangan tidak bisa mempertahankan operasionalnya.
- Ketergantungan pada fiat debt, Ketika mekanisme obligasi berbasis utang tidak lagi berfungsi, pemerintah tidak dapat menunda krisis fiskal.
- Pasar saham berbasis spekulasi runtuh, Tanpa short selling, derivatif, dan quantitative easing, kapitalisasi pasar menyusut drastis.
- Kontrak berbasis derivatif tidak memiliki penyeimbang risiko, Bisnis dan industri mengalami kejatuhan harga yang tidak terkontrol akibat absennya hedging buatan.
Akibatnya, dalam waktu kurang dari 12 bulan, Bubble keuangan akan pecah lebih cepat dibandingkan skenario transisi bertahap, Tidak ada ruang adaptasi bagi pemain finansial lama, mereka akan dipaksa langsung ke sistem berbasis nilai nyata dan beresiko kehilangan semua kekayaannya, Pasar kembali ke fundamental ekonomi yang sesungguhnya, yaitu produksi dan nilai aset nyata.
“Degradasi sistem lama tidak menunggu kesiapan sektor finansial, sektor finansiallah yang akan dipaksa beradaptasi dengan realitas baru secara instan, jangan bilang saya tidak pernah mengingatkan yah!”
Target Proses Pemulihan Ekonomi Cepat dalam 1 Tahun
Untuk mempercepat pemulihan ekonomi setelah keruntuhan Finansial Global, setelah menghapus floating rate dan derivative trading, solusi yang dapat diterapkan harus berbasis sektor riil, stabilisasi moneter, dan reformasi keuangan. Strategi yang dapat mempercepat pertumbuhan kembali dalam 1 tahun di antaranya adalah;
1. Reformasi Keuangan & Stabilitas Mata Uang
Solusi | Cara Kerja | Dampak dalam 1 Tahun |
---|---|---|
Gunakan Mata Uang Berbasis Emas & Komoditas | Menetapkan kembali nilai mata uang berdasarkan cadangan emas dan produksi komoditas nasional. | Mencegah inflasi berlebihan, meningkatkan kepercayaan pasar. |
Pajak Nol Persen untuk Investasi Produktif | Menghapus pajak untuk investasi di sektor pertanian, manufaktur, dan energi. | Menarik modal cepat ke sektor riil, menciptakan lapangan kerja. |
Transisi Cepat ke Perbankan Cadangan Penuh | Menghapus fractional reserve banking dan mengganti dengan sistem berbasis cadangan nyata. | Mencegah krisis kredit dan memastikan kestabilan moneter. |
Peningkatan Kredit Mikro Berbasis Aset Nyata | Memberikan pinjaman berbasis emas atau komoditas sebagai jaminan. | Mempercepat sirkulasi modal di UMKM tanpa ketergantungan sistem spekulatif. |
2. Revitalisasi Sektor Riil & Industrialisasi Cepat
Solusi | Cara Kerja | Dampak dalam 1 Tahun |
---|---|---|
Program Mandiri Pangan & Energi | Investasi besar di pertanian, perikanan, dan energi terbarukan untuk mengurangi impor. | Menstabilkan harga bahan pokok, meningkatkan ekspor. |
Insentif bagi Industri Manufaktur Lokal | Subsidi bahan baku dan pajak rendah untuk produksi dalam negeri. | Mempercepat penciptaan produk dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor. |
Ekspor Komoditas dengan Standar Perdagangan Baru | Mendorong ekspor dengan transaksi berbasis emas atau barter komoditas strategis. | Mengurangi defisit perdagangan dan mempercepat arus kas masuk. |
3. Reformasi Infrastruktur & Kemandirian Negara
Solusi | Cara Kerja | Dampak dalam 1 Tahun |
---|---|---|
Pembangunan Infrastruktur dengan Model Kerja Sama Publik-Swasta (PPP) | Pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta untuk membangun jalan, energi, dan transportasi. | Mempercepat proyek tanpa ketergantungan utang negara. |
Optimalisasi Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan | Memaksimalkan pemanfaatan tambang dan perkebunan berbasis produksi, bukan spekulasi. | Meningkatkan produksi dan pemasukan negara tanpa eksploitasi berlebihan. |
Transformasi Digital Berbasis Blockchain & Smart Contracts | Menerapkan sistem pembayaran dan transaksi digital berbasis blockchain. | Mencegah manipulasi keuangan dan mempercepat efisiensi bisnis. |
4. Reformasi Sosial & Ekonomi Berbasis Kemandirian
Solusi | Cara Kerja | Dampak dalam 1 Tahun |
---|---|---|
Pendidikan Kemandirian Ekonomi Massal | Mendidik masyarakat tentang ekonomi berbasis aset dan produksi nyata. | Meningkatkan kewirausahaan dan mengurangi ketergantungan terhadap sistem lama. |
Program Swasembada Berbasis Komunitas | Membangun koperasi desa dan perkotaan dengan sistem berbagi hasil. | Mengurangi ketimpangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan UMKM. |
Distribusi Sumber Daya Secara Merata | Mencegah kartel dan monopoli dalam distribusi barang pokok. | Mengurangi ketimpangan harga dan meningkatkan daya beli masyarakat. |
Dengan menggabungkan stabilisasi moneter, industrialisasi cepat, reformasi infrastruktur, dan kemandirian ekonomi, pemulihan bisa dipercepat dalam 1 tahun. Namun Keberhasilan strategi ini bergantung pada disiplin fiskal, eliminasi spekulasi, dan fokus penuh pada sektor riil.
Aturan Disiplin Fiskal, Eliminasi Spekulasi, dan Fokus Penuh pada Sektor Riil
Info berikut ini merinci aturan disiplin fiskal, penghapusan spekulasi, dan kebijakan fokus pada sektor riil untuk mempercepat pemulihan ekonomi dalam waktu 1 tahun.
1. Disiplin Fiskal (Pengelolaan Keuangan Negara yang Ketat)
Aspek | Aturan | Dampak Positif | Konsekuensi jika Tidak Diterapkan |
---|---|---|---|
Anggaran Negara | Hanya membiayai proyek dengan hasil riil (infrastruktur, industri, energi, pangan). | Mencegah pemborosan, anggaran lebih efisien. | Hutang negara meningkat, inflasi tak terkendali. |
Defisit Fiskal | Tidak boleh melebihi 3% dari PDB, dengan pembiayaan hanya dari surplus pajak atau aset negara. | Menjaga stabilitas keuangan, menghindari utang berlebih. | Krisis keuangan akibat tumpukan utang. |
Pajak & Subsidi | Pajak nol persen untuk sektor riil strategis, tetapi pajak tinggi bagi aktivitas spekulatif bila masih ada dan belum di eliminasi sepenuhnya. | Mendorong investasi riil, mengurangi ekonomi berbasis utang. | Modal mengalir ke sektor spekulatif, bukan sektor produktif. |
Belanja Pemerintah | Semua belanja wajib berbasis nilai produksi atau infrastruktur nyata. | Efisiensi pengeluaran, hasil ekonomi lebih nyata. | Anggaran bocor ke proyek fiktif atau spekulatif. |
Utang Publik | Tidak boleh mengambil utang berbasis fiat, hanya berbasis aset (emas, komoditas, atau produksi). | Menghindari inflasi tinggi dan pelemahan mata uang. | Mata uang terus melemah, daya beli menurun. |
2. Eliminasi Spekulasi (Penghapusan Aktivitas Non-Produktif)
Aspek | Aturan | Dampak Positif | Konsekuensi jika Tidak Diterapkan |
---|---|---|---|
Trading Derivatif & Hedging | Semua perdagangan harus berbasis aset nyata (emas, komoditas, atau barang riil). | Mencegah manipulasi harga, pasar lebih stabil. | Pasar keuangan terus dikuasai spekulan, berakhir dengan keruntuhan finansial global yang merugikan |
Forex & Mata Uang | Tidak ada perdagangan valas spekulatif, hanya transaksi perdagangan dan investasi nyata. | Nilai mata uang stabil, transaksi lebih transparan. | Fluktuasi nilai tukar yang merugikan ekonomi riil. |
Saham & Obligasi | Tidak ada short selling, semua pembelian saham harus berbasis kepemilikan riil. | Perusahaan tumbuh dari investasi nyata, bukan manipulasi harga saham. | Pasar modal dikuasai investor besar yang hanya mengejar keuntungan cepat. |
Crypto & Aset Digital | Hanya memperbolehkan cryptocurrency berbasis aset fisik (emas, tanah, komoditas). | Menghindari gelembung aset digital yang tidak bernilai riil. | Risiko kejatuhan pasar crypto yang merugikan investor kecil. |
Real Estate & Properti | Tidak boleh ada spekulasi harga tanah dan properti, hanya boleh dijual untuk kebutuhan tempat tinggal atau usaha. | Harga rumah lebih terjangkau, investasi lebih stabil. | Krisis properti akibat spekulasi yang berlebihan. |
3. Fokus Penuh pada Sektor Riil (Meningkatkan Produksi & Ketahanan Ekonomi)
Aspek | Aturan | Dampak Positif | Konsekuensi jika Tidak Diterapkan |
---|---|---|---|
Industri Manufaktur | Insentif pajak untuk pabrik lokal dan larangan impor barang konsumtif yang bisa diproduksi sendiri. | Meningkatkan produksi dalam negeri, menciptakan lapangan kerja. | Ketergantungan impor, industri lokal tidak berkembang. |
Pertanian & Pangan | Subsidi untuk petani dan larangan impor pangan yang bisa diproduksi di dalam negeri. | Swasembada pangan, harga stabil. | Krisis pangan dan ketergantungan impor. |
Energi & Sumber Daya Alam | Eksploitasi SDA hanya untuk kebutuhan industri nasional, bukan untuk ekspor mentah. | Kemandirian energi, nilai tambah tinggi bagi ekonomi nasional. | SDA habis dijual mentah tanpa manfaat jangka panjang. |
UMKM & Ekonomi Lokal | Kredit berbunga rendah untuk UMKM, larangan masuknya produk asing yang bisa diproduksi oleh UMKM. | Meningkatkan daya saing lokal, mengurangi dominasi perusahaan asing. | Pasar domestik dikuasai produk impor, UMKM mati. |
Infrastruktur & Transportasi | Pembangunan berbasis kebutuhan nasional dengan skema kemitraan swasta dan publik. | Mempercepat konektivitas, mendorong pertumbuhan ekonomi. | Infrastruktur tidak berkembang, biaya logistik tinggi. |
“Dengan disiplin fiskal ketat, penghapusan spekulasi, dan fokus penuh pada sektor riil, pemulihan ekonomi dapat dipercepat hanya dalam 1 tahun. Kunci keberhasilannya terletak pada pengelolaan anggaran yang transparan, kebijakan anti-spekulasi, serta dukungan penuh bagi industri, pertanian, dan energi, sebelum Krsiis Finansial Global terjadi.”
Upaya Mitigasi untuk Pengelolaan Anggaran Transparan, Kebijakan Anti-Spekulasi, dan Dukungan Penuh bagi Industri, Pertanian, dan Energi
Info berikut merinci langkah-langkah mitigasi untuk memastikan kebijakan ekonomi ketat, transparan, dan efektif guna mempercepat pemulihan dalam 1 tahun.
1. Pengelolaan Anggaran yang Transparan
Aspek | Upaya Mitigasi | Tujuan | Konsekuensi jika Tidak Diterapkan |
---|---|---|---|
Penyusunan Anggaran | Audit publik berkala terhadap APBN/APBD oleh lembaga independen. | Memastikan tidak ada penyalahgunaan anggaran. | Anggaran bocor ke proyek fiktif atau tidak produktif. |
Penggunaan Anggaran | Digitalisasi seluruh transaksi keuangan negara dengan sistem real-time monitoring. | Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. | Korupsi dan inefisiensi dalam belanja negara. |
Pengadaan Barang & Jasa | Sistem lelang terbuka berbasis blockchain untuk mencegah korupsi. | Memastikan harga sesuai standar dan menghilangkan mark-up. | Inflasi anggaran proyek akibat korupsi dan mark-up harga. |
Pendapatan Negara | Semua pajak, bea, dan retribusi harus terdokumentasi dalam sistem transparan yang bisa diakses publik. | Mencegah penggelapan pajak dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. | Penerimaan negara bocor dan fiskal menjadi tidak stabil. |
Evaluasi & Sanksi | Sanksi tegas bagi pelanggaran anggaran, termasuk pencabutan jabatan dan pidana ekonomi. | Memberikan efek jera bagi oknum yang menyalahgunakan anggaran. | Praktik korupsi dan kolusi terus berlanjut. |
2. Kebijakan Anti-Spekulasi
Aspek | Upaya Mitigasi | Tujuan | Konsekuensi jika Tidak Diterapkan |
---|---|---|---|
Pasar Saham & Derivatif | Melarang short selling dan perdagangan margin berbasis utang. | Menjaga pasar saham tetap berbasis nilai riil perusahaan. | Pasar modal dikuasai spekulan dan tidak mencerminkan nilai ekonomi sebenarnya. |
Pasar Valas (Forex) | Melarang perdagangan valas spekulatif, hanya untuk transaksi perdagangan riil dan investasi produktif. | Menjaga stabilitas nilai tukar dan mencegah manipulasi mata uang. | Krisis mata uang akibat spekulasi berlebihan. |
Perdagangan Komoditas | Semua kontrak berjangka harus berbasis komoditas nyata dengan pengiriman fisik. | Mencegah manipulasi harga pangan dan energi. | Harga pangan dan energi tidak stabil karena spekulasi. |
Aset Digital & Crypto | Hanya memperbolehkan crypto berbasis aset nyata (emas, tanah, atau produksi). | Menghindari gelembung aset digital yang tidak memiliki nilai fundamental. | Risiko kejatuhan pasar crypto yang merugikan investor kecil. |
Properti & Tanah | Pajak progresif tinggi untuk kepemilikan lahan di atas kebutuhan wajar. | Menghentikan spekulasi harga tanah dan properti. | Harga rumah melonjak dan sulit dijangkau masyarakat. |
3. Dukungan Penuh bagi Industri, Pertanian, dan Energi
Aspek | Upaya Mitigasi | Tujuan | Konsekuensi jika Tidak Diterapkan |
---|---|---|---|
Industri Manufaktur | Insentif pajak bagi industri yang berorientasi ekspor atau substitusi impor. | Meningkatkan daya saing industri dalam negeri. | Ketergantungan impor terus meningkat, ekonomi tidak mandiri. |
Pertanian & Pangan | Subsidi pupuk, benih, dan teknologi bagi petani serta larangan impor pangan yang bisa diproduksi lokal. | Mewujudkan swasembada pangan dan stabilitas harga. | Krisis pangan akibat ketergantungan impor. |
Energi & Sumber Daya Alam | Nasionalisasi dan larangan ekspor SDA mentah, fokus pada hilirisasi. | Meningkatkan nilai tambah ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. | SDA habis dijual mentah tanpa manfaat jangka panjang. |
UMKM & Ekonomi Lokal | Kredit berbunga rendah untuk UMKM dan proteksi terhadap produk lokal dari dominasi produk asing. | Meningkatkan daya saing dan kemandirian ekonomi rakyat. | Pasar domestik dikuasai produk impor, UMKM mati. |
Infrastruktur & Transportasi | Investasi infrastruktur berbasis kebutuhan industri dan produksi, bukan hanya konsumsi. | Meningkatkan efisiensi logistik dan daya saing nasional. | Biaya produksi dan logistik tinggi, industri sulit berkembang. |
Upaya mitigasi ini bertujuan untuk menghilangkan spekulasi, memperkuat sektor riil, dan meningkatkan transparansi keuangan negara, sehingga pemulihan ekonomi dalam 1 tahun bisa tercapai dengan stabilitas jangka panjang.
Dalam tabel ini merinci informasi dalam upaya-upaya deregulasi yang dilakukan oleh elit global di berbagai negara dari berbagai aspek yang harus di antisipasi;
Subkategori | Upaya Deregulasi | Dampak |
---|---|---|
Keuangan & Perbankan, Deregulasi Perbankan | Penghapusan batasan suku bunga, liberalisasi kredit | Meningkatkan kredit konsumtif, tetapi meningkatkan risiko utang |
Pasar Modal | Pengurangan regulasi IPO dan derivatif | Meningkatkan investasi spekulatif, memicu ketidakstabilan pasar |
Valuta Asing | Pelepasan kontrol nilai tukar terhadap USD | Mempercepat volatilitas mata uang lokal terhadap USD dan mata uang utama lainnya |
Industri & Perdagangan, Privatisasi | Penjualan aset negara kepada swasta | Mengurangi kontrol pemerintah, meningkatkan keuntungan korporasi |
Deregulasi Perdagangan | Penghapusan tarif dan kuota impor | Meningkatkan impor barang murah, menekan industri lokal |
Energi & Sumber Daya Alam, Deregulasi Eksploitasi | Relaksasi izin eksplorasi dan tambang | Meningkatkan eksploitasi sumber daya, merusak lingkungan |
Pasar Energi | Liberalisasi pasar listrik dan BBM | Meningkatkan harga energi bagi konsumen |
Tenaga Kerja & Ketenagakerjaan, Fleksibilitas Ketenagakerjaan | Pengurangan hak tenaga kerja, kemudahan PHK | Meningkatkan ketidakpastian kerja, menekan upah |
Outsourcing | Mempermudah sistem kerja kontrak | Mengurangi tunjangan pekerja, meningkatkan profit perusahaan |
Pangan & Pertanian, Deregulasi Pangan | Penghapusan subsidi petani, dominasi korporasi pangan | Mengurangi kemandirian pangan, meningkatkan harga bagi konsumen |
Perdagangan Bebas Pangan | Kemudahan impor hasil pertanian | Menurunkan daya saing petani lokal |
Teknologi & Digital, Privatisasi Data | Relaksasi aturan perlindungan data pribadi | Meningkatkan penguasaan data oleh perusahaan global |
Deregulasi Teknologi Keuangan | Kemudahan investasi pada fintech | Meningkatkan spekulasi dan risiko fraud keuangan |
Pendidikan & Kesehatan, Komersialisasi Pendidikan | Meningkatkan biaya pendidikan swasta, mengurangi subsidi | Membatasi akses pendidikan bagi masyarakat miskin |
Privatisasi Kesehatan | Liberalisasi layanan kesehatan | Meningkatkan biaya pengobatan, memperburuk akses layanan kesehatan publik |
“Deregulasi ini sering diklaim meningkatkan efisiensi dan investasi, tetapi pada kenyataannya, lebih banyak menguntungkan korporasi dan elit global dibandingkan masyarakat umum, sehingga perlu di perketat kembali.” (red)