Seputaremas.co.id | 10 Januari 2025 Jakarta – Teori Bergson adalah teori yang mengacu pada “gagasan filosofis yang dikembangkan oleh Henri Bergson, seorang filsuf Prancis terkenal yang mendalami waktu, kehendak bebas, dan hakikat dari kesadaran.” Dimana, Teorinya ini menekankan pada aspek “dinamis, cair, dan kreatif dari realitas, yang menurutnya sering diabaikan oleh pandangan mekanistik dan rasionalistik tradisional.”
Konsep Utama dalam Teori Bergson
- Durasi (La durée):
Bergson memperkenalkan konsep durasi, yang menggambarkan waktu sebagaimana dialami secara subjektif. Berbeda dengan waktu yang diukur secara kuantitatif oleh jam, durasi bersifat kontinu, mengalir, dan berkualitas. Ini mencerminkan pengalaman batin tentang waktu sebagai proses yang mulus dan dinamis, misalnya bagaimana kita merasakan perjalanan waktu dalam kesadaran kita. - Élan Vital (Dorongan Hidup):
Konsep ini adalah ide Bergson tentang kekuatan kreatif atau dorongan yang mendasari semua kehidupan. Élan vital menggambarkan energi pendorong yang membuat organisme hidup terus berinovasi dan beradaptasi, melampaui proses mekanis atau sekadar naluri bertahan hidup. Menurut Bergson, kehidupan adalah proses yang selalu menciptakan sesuatu yang baru. - Intuisi vs. Intelek:
Bergson membedakan dua cara manusia memahami realitas:- Intelek: Bersifat analitis, ilmiah, dan cocok untuk memahami benda-benda material yang statis.
- Intuisi: Bersifat langsung, mendalam, dan cocok untuk memahami esensi kehidupan dan realitas.
Menurutnya, intuisi memungkinkan kita merasakan durasi dan sifat dinamis kehidupan, sementara intelek cenderung memecah-mecah dan menyederhanakan realitas.
- Evolusi Kreatif:
Dalam bukunya Creative Evolution (1907), Bergson menjelaskan bahwa evolusi tidak hanya mekanistik atau deterministik (seperti yang disarankan teori Darwin), tetapi juga kreatif, tidak terduga, dan digerakkan oleh élan vital. Dia percaya bahwa kehidupan terus menciptakan bentuk-bentuk baru, menunjukkan kebebasan kreatif yang melekat dalam proses evolusi. - Masyarakat Terbuka dan Tertutup:
Dalam karya terakhirnya The Two Sources of Morality and Religion (1932), Bergson mengklasifikasikan masyarakat menjadi:- Masyarakat Tertutup: Berfokus pada keteraturan, keamanan, dan pelestarian diri, sering kali kaku dan sulit berubah.
- Masyarakat Terbuka: Menekankan kreativitas, adaptabilitas, dan cinta universal, bercita-cita pada nilai-nilai yang melampaui kebutuhan praktis.
Pengaruh dan Warisan
Gagasan Bergson memengaruhi berbagai bidang, termasuk filsafat, psikologi, sastra, dan bahkan teori kuantum. Penekanannya pada kreativitas dan pengalaman subjektif menjadi pendahulu tradisi eksistensialisme dan fenomenologi. Meskipun teorinya dikritik karena dianggap terlalu abstrak atau spekulatif, idenya tetap menjadi upaya mendalam untuk menjembatani ilmu pengetahuan dan metafisika, serta memahami esensi kehidupan dan pengalaman manusia.
yang menarik adalah, jika kita memahami waktu sebagai “durasi” seperti yang dikemukakan oleh Bergson, maka setiap objek di alam semesta, termasuk benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari, serta semua makhluk hidup, akan memiliki durasi yang unik. Durasi dalam konsep Bergson adalah “pengalaman subjektif dan kontinuitas waktu yang dialami oleh suatu keberadaan, bukan sekadar ukuran linier yang ditentukan oleh jam atau kalender.” dimana umpanya, “Waktu usia Semut dan Usia Manusia, memiliki dimensi ukuran yang berbeda, baik bagi semut maupun bagi manusia tergantung dari durasi mereka masing-masing” terang Nanan.
Durasi dalam Benda Langit dan Makhluk Hidup
- Benda Langit
Benda-benda langit, seperti bulan dan matahari, menjalani “durasi” mereka melalui siklus dan proses alamiah seperti rotasi, revolusi, kelahiran, dan kehancuran.- Matahari memiliki durasi yang melibatkan miliaran tahun siklus kehidupan dari kelahiran (nebula), kehidupan aktif (fusi nuklir), hingga kehancurannya (sebagai supernova atau bintang katai putih).
- Bulan, meskipun tampak tak berubah, juga menjalani durasi dalam bentuk interaksi gravitasi dengan bumi, yang secara perlahan memengaruhi jaraknya dari bumi dan aktivitas geologisnya.
- Makhluk Hidup
Setiap makhluk hidup, dari manusia hingga organisme mikroskopis, memiliki durasi yang terjalin dengan pengalaman waktu mereka sendiri.- Dalam tubuh manusia, durasi dialami melalui metabolisme, pertumbuhan, dan interaksi dengan lingkungan, yang berbeda dengan cara hewan atau tumbuhan merasakan waktu.
- Contohnya, seekor lalat mungkin hanya hidup beberapa hari, tetapi dalam durasi subjektifnya, hidupnya penuh, sama seperti manusia yang hidup puluhan tahun.
Kesatuan Durasi dalam Alam Semesta
Menurut Bergson, meskipun setiap objek memiliki durasi uniknya sendiri, semuanya merupakan bagian dari “aliran waktu yang lebih besar dan saling terhubung.” Durasi tidak dapat dipisahkan atau dipecah-pecah seperti konsep waktu mekanistik. Dalam konteks ini:
- Benda langit memengaruhi kehidupan di bumi melalui gravitasi, sinar, dan energi.
- Makhluk hidup beradaptasi dengan ritme alam, seperti siang dan malam, musim, atau siklus bulan.
Implikasi Filosofis
Jika semua objek hidup memiliki durasi, maka kehidupan adalah bagian dari “aliran universal yang terus menciptakan dan memperbarui dirinya sendiri. Tidak ada keberadaan yang sepenuhnya statis; semuanya terlibat dalam gerak dan perubahan. Bahkan benda yang tampak tidak bernyawa, seperti batu atau bintang, memiliki dinamika waktu mereka sendiri yang tidak selalu terlihat secara langsung.”
“Apakah ini mengarah pada pemahaman lebih dalam bahwa setiap elemen di alam semesta memiliki tujuan dan tempat dalam keseluruhan kosmik? Mungkin Bergson akan menjawab ya, karena kehidupan tidak hanya mekanistik tetapi juga kreatif dan penuh makna.”
Sebagai Contoh Beda Kehidupan Manusia dengan Kehidupan Semut dalam Memahami Waktu
“persepsi waktu dan durasi” dapat berbeda antara makhluk yang memiliki ukuran, metabolisme, dan harapan hidup yang berbeda, seperti semut dan manusia.
1. Durasi Relatif Berdasarkan Metabolisme
Makhluk yang lebih kecil, seperti semut, memiliki “metabolisme lebih cepat” dibandingkan manusia. Metabolisme yang cepat juga berarti bahwa “proses biologis mereka, seperti pernapasan, pertumbuhan, dan respons terhadap lingkungan, akan berjalan lebih cepat. Hal ini membuat mereka seolah-olah “mengalami” waktu dalam skala yang lebih pendek tetapi lebih intens.”
- Semut, Dalam durasi hidup mereka yang rata-rata hanya beberapa bulan hingga tahun, mereka mungkin merasakan waktu lebih panjang dibandingkan manusia karena aktivitas yang padat dan siklus hidup yang cepat. tolong di catat, karena ini hubungannya sangat erat dengan apa yang kita alami saat ini dalam memahami waktu yang serasa semakin cepat.
- Manusia, Dengan durasi hidup rata-rata 70–80 tahun, manusia memiliki siklus kehidupan yang lebih panjang tetapi terasa lebih lambat dibandingkan semut, namun waktu bisa terasa lebih cepat juga bagi manusia bila mereka mengalami perubahan “karena aktivitas yang padat dan siklus hidup yang cepat.” dan ini adalah rahasia waktu yang coba mereka sembunyikan dari kita.
2. Dimensi Persepsi Waktu
Durasi tidak hanya tentang panjangnya waktu yang diukur secara mekanis, tetapi juga tentang “bagaimana waktu itu dirasakan“ oleh setiap makhluk.
- Semut, Dalam skala kehidupan mereka, satu hari mungkin terasa seperti waktu yang signifikan, karena mereka bergerak cepat dan menjalani siklus biologis yang lebih padat dalam satu unit waktu yang sama.
- Manusia, Sebaliknya, manusia melihat waktu dalam hitungan hari, minggu, bulan, dan tahun, yang terasa lebih panjang secara subjektif tetapi dengan ritme aktivitas yang lebih lambat. hal ini menerangkan kenapa di kehidupan modern kita merasa waktu seolah menjadi semakin lebih cepat.
3. Perspektif Dimensi Waktu
- Bagi semut, kehidupan manusia bisa tampak tak terjangkau panjangnya, seperti halnya kita melihat usia pohon yang berusia ratusan tahun.
- Bagi manusia, kehidupan semut mungkin terlihat singkat, tetapi dalam skala semut, hidup mereka penuh dengan pengalaman yang bermakna sesuai dengan durasi mereka.
4. Aplikasi dalam Filosofi dan Sains
- Filosofi, Durasi waktu adalah konsep yang bersifat relatif dan sangat bergantung pada perspektif makhluk hidup. Hal ini menunjukkan bahwa “panjang” atau “pendek” bukanlah sifat mutlak, tetapi tergantung pada dimensi waktu biologis masing-masing.
- Sains, Penelitian tentang metabolisme, waktu respons, dan harapan hidup menunjukkan bahwa persepsi waktu terkait erat dengan ukuran tubuh, kecepatan sistem saraf, dan laju proses biologis.
“Waktu usia semut dan usia manusia memiliki dimensi ukuran yang berbeda” menegaskan bahwa setiap makhluk mengalami waktu sesuai dengan “durasi hidup dan persepsi mereka masing-masing.” Baik semut maupun manusia memiliki durasi yang berbeda tetapi saling bermakna dalam kerangka alam semesta. “Perbedaan ini mengajarkan kita untuk memahami keragaman pengalaman hidup di setiap makhluk dan menghargai durasi waktu yang kita miliki.” tegas Nanan.
Dalam “Al-Qur’an“ dan “hadis Nabi Muhammad SAW”, terdapat banyak ayat dan perkataan yang membicarakan tentang konsep waktu, bagaimana ia berputar, dan perubahannya. “Sementara waktu dalam kehidupan manusia tampak tetap, ada petunjuk dalam ajaran Islam yang mengarah pada perubahan atau percepatan waktu pada saat-saat tertentu, yang bisa menjadi referensi dalam memahami konsep waktu yang lebih cepat.”
Waktu yang Cepat dalam Al-Qur’an
Beberapa ayat dalam Al-Qur’an menggambarkan perubahan atau percepatan waktu yang terkait dengan fenomena tertentu, baik dalam konteks kehidupan dunia maupun akhirat.
- Al-Ahqaf (46:35): “Maka bersabarlah (wahai Nabi Muhammad) seperti orang-orang yang bertekad dalam kesabaran mereka dari kalangan para rasul yang kuat tekadnya, dan janganlah kamu mendesak-desak mereka untuk segera datang azab kepada mereka. Pada hari mereka melihat apa yang dijanjikan kepada mereka, seolah-olah mereka hanya tinggal sesaat saja di dunia. Itulah suatu janji yang pasti dipenuhi oleh Allah.”
Ayat ini menggambarkan bagaimana manusia akan merasa bahwa waktu mereka di dunia akan terasa sangat singkat “ketika mereka melihat hari kiamat.” Di dunia, “segala sesuatu terasa seperti waktu yang panjang, tetapi ketika manusia melihat akhirat, mereka menyadari bahwa hidup mereka sebenarnya sangat singkat. Ini adalah gambaran percepatan waktu yang dapat dimengerti dalam konteks kehidupan manusia.” - Al-Qamar (54:46):
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab disegerakan. Padahal jika Allah menginginkan kebaikan bagi mereka, niscaya Dia akan menjadikan azab yang datang itu segeralah, namun mereka itu tidak menyadari bahwa waktu akan datang lebih cepat.”
Dalam ayat ini, ada juga indikasi bahwa “manusia sering tidak sadar dengan cepatnya waktu yang berjalan, terutama ketika menyangkut azab dan peringatan yang telah datang. yah seperti Mega Trush saat ini, kan ingin cepat-cepat, manusia ingin di percepat di datangkan azab mereka, saya juga tidak paham, mungkin mereka sudah merasa kalau amalan mereka sudah tidak terhingga”
Hadis Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dalam berbagai hadisnya juga berbicara tentang percepatan waktu yang dirasakan umat manusia, terutama di akhir zaman.
- Hadis Riwayat al-Bukhari:
“Waktu akan terasa semakin dekat. Setahun akan terasa seperti sebulan, sebulan akan terasa seperti seminggu, dan seminggu akan terasa seperti sehari, dan sehari akan terasa seperti satu jam. Begitu juga, waktu yang dirasakan akan semakin cepat.”
Hadis ini memberikan petunjuk tentang “percepatan waktu menjelang kiamat.” Hal ini dapat dimaknai bahwa “di akhir zaman, manusia akan merasakan bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat. Satu tahun akan terasa seperti sebulan, sebulan terasa seperti seminggu, dan seterusnya.” Ini bisa menjadi indikasi spiritual bahwa dalam situasi tertentu, kehidupan menjadi sangat cepat, mengingat dinamika zaman yang terus berkembang. - Hadis Riwayat Muslim:
“Tidak ada yang lebih cepat dari perputaran waktu, kecuali kedatangan hari kiamat.”
Hadis ini menjelaskan bahwa “waktu berputar dengan cepat, dan percepatan ini berhubungan langsung dengan kedekatan hari kiamat.” Ini bisa menjadi pemahaman bahwa “manusia akan merasakan bahwa waktu bergerak lebih cepat saat mendekati akhir zaman, yang juga terkait dengan perubahan besar dalam kehidupan duniawi.”
Penafsiran dan Penerapan
- Kecepatan Waktu dalam Konteks Kehidupan Dunia, Dalam ajaran Islam, waktu memiliki dua dimensi: satu dalam “perspektif duniawi“ dan satu dalam “perspektif ukhrawi.” Ketika disebutkan bahwa waktu akan terasa lebih cepat, ini berhubungan dengan “sifat dunia yang sementara dan cepat berlalu. Manusia yang terfokus pada dunia bisa merasakan waktu yang berlalu begitu cepat tanpa menyadari nilai kehidupan spiritual yang lebih tinggi. ini adalah hal yang bahaya, karena saat kita merasakan waktu berlalu begitu cepat, artinya kita sudah terputus sepenuhnya dari sisi spiritual, yang artinya hati kita sudah tidak selaras lagi dengan wakt dan durasi yang kita miliki”
- Konsekuensi Percepatan Waktu dalam Islam, Menurut ajaran Islam, waktu yang dirasakan semakin cepat ini menunjukkan bahwa “manusia akan semakin sibuk dan terjauh dari hakikat hidupnya, yaitu beribadah kepada Allah. Ini juga dapat diartikan bahwa umat manusia akan semakin jarang meluangkan waktu untuk merenung, bersyukur, dan melakukan ibadah karena sibuk dengan urusan dunia. apakah anda sudah sadar sekarang? kenapa waktu berasa begitu cepat bagi seluruh manusia di bumi saat ini?” terang Nanan.
- Dampak Percepatan Waktu bagi Manusia, Manusia yang tidak sadar akan percepatan waktu ini akan merasa bahwa “hidupnya berjalan begitu cepat, dan sering kali, di akhir hidupnya, mereka akan merasa menyesal karena tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, ajaran Islam mengingatkan umatnya untuk menggunakan waktu dengan bijaksana, beribadah, beramal, dan memperbaiki diri sepanjang waktu yang ada. setelah anda mengetahui ini, segeralah keluar dari pekerjaan anda, dan mulailah kehidupan anda sendiri, miliki waktu anda sendiri sepenuhnya” tegas Nanan.
Dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW, waktu yang cepat merupakan “gambaran dari percepatan kehidupan menjelang kiamat, dan itu menjadi pengingat bagi umat manusia untuk lebih bijak dalam memanfaatkan waktu yang mereka miliki. Kita diingatkan untuk selalu mengingat Allah dan menggunakan waktu duniawi dengan cara yang seimbang antara kehidupan fisik dan spiritual.”
Perbedaan Umur Antar Umat di setiap Zaman
“Dalam Al-Qur’an, usia umat manusia di zaman para nabi juga sering disebutkan secara implisit maupun eksplisit, yang memberikan gambaran bahwa durasi kehidupan manusia telah mengalami perubahan dari masa ke masa.” dimana beberapa umat nabi memiliki rentang usia yang jauh lebih panjang dibandingkan manusia modern. sebagai contoh;
1. Nabi Nuh (AS)
Al-Qur’an menyebutkan bahwa Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun…” (QS. Al-Ankabut: 14).
Artinya, usia Nabi Nuh jauh lebih panjang dibanding manusia modern. Durasi hidup ini kemungkinan mencerminkan kondisi fisik dan genetik manusia di masa itu, “sebagai contoh sebelum era modern, nenek dan kakek kita mungkin masih ada yang usianya di atas 100 tahun, walaupun secara durasi manusia memiliki durasi yang sama namun itu memiliki pengecualian, nanti kita bahas kaitannya dengan takdir.”
2. Nabi Adam (AS)
Meskipun Al-Qur’an tidak menyebut usia Nabi Adam secara langsung, sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Nabi Adam hidup selama 930 tahun. Dalam konteks ini, Nabi Adam, sebagai manusia pertama, mungkin mencerminkan durasi kehidupan yang lebih lama di awal penciptaan.
3. Nabi Hud (AS) dan Kaum ‘Ad
Kaum ‘Ad yang menjadi umat Nabi Hud dikenal sebagai kaum dengan tubuh besar dan kuat. Durasi hidup mereka mungkin saja lebih panjang dibanding manusia modern, meskipun tidak ada usia spesifik yang disebutkan, sebagai pemahaman perbedaan usia durasi semut dan usia durasi manusia seperti yang di terangkan di atas.
4. Nabi Musa (AS)
Durasi hidup Nabi Musa dan umatnya tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an, tetapi manusia pada zaman itu diperkirakan memiliki usia lebih pendek dibandingkan umat Nabi Nuh. Kisah perjalanan Bani Israil di gurun selama 40 tahun memberikan indikasi akan pola kehidupan yang lebih mirip dengan manusia modern. “nah ini yang menariknya disini, kita yang umat nambi Muhammad saw, kenapa bisa usianya sama dengan umat terdahulu Nabi Musa? dan apa hubungan nya dengan umat Nabi Musa, yakni Bani Israil?”
5. Nabi Muhammad (SAW)
Di zaman Nabi Muhammad, Al-Qur’an menggambarkan bahwa durasi hidup manusia telah menjadi lebih singkat:
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu. Dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya…” (QS. Al-Hajj: 5).
Durasi hidup umat Nabi Muhammad rata-rata berkisar antara 60-70 tahun, sebagaimana disebutkan juga dalam hadis:
“Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit yang melebihi itu.” (HR. Tirmidzi). apa kita yakin kita ini masih mengaku Umat Nabi Muhammad? LOL jangan-jangan malah jadi menyerupai Umat Nambi Musa dan Bangsa Bani Israil”
Evolusi Durasi Hidup dan Faktor Genetik
Jika durasi kehidupan manusia berubah dari ratusan tahun menjadi puluhan tahun, ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor:
- Genetik
- Di masa awal, manusia memiliki genetik yang lebih murni dan belum terpapar mutasi atau penyakit yang dapat mengurangi durasi hidup.
- Dengan waktu, genetik manusia mengalami perubahan, baik karena adaptasi lingkungan maupun degradasi akibat faktor eksternal seperti penyakit.
- Perubahan Lingkungan
- Lingkungan yang lebih keras dan paparan terhadap polusi atau perubahan iklim mungkin telah mengurangi daya tahan tubuh manusia.
- Pola Hidup dan Penyakit
- Penyakit modern, pola makan, dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab utama durasi kehidupan yang lebih pendek.
Durasi dan Evolusi Manusia
Perubahan durasi hidup manusia ini mencerminkan evolusi yang tidak hanya biologis tetapi juga spiritual. Dalam konteks filosofis:
- Umat manusia di masa lalu memiliki durasi panjang untuk membangun peradaban dan menghadapi tantangan zaman mereka.
- Umat manusia modern, meskipun memiliki durasi yang lebih pendek, memiliki teknologi dan ilmu pengetahuan untuk memperpanjang kualitas hidup.
“Hal ini menunjukkan bahwa durasi adalah bagian dari dinamika kehidupan yang terus berubah, dan manusia harus menyesuaikan diri dengan perubahan ini baik secara fisik maupun spiritual.”
Kenapa Waktu Begitu Cepat Berlalu? Apa Hubungannya dengan Benda Langit, Bulan, Bintang dan Matahari?
Perubahan durasi waktu yang dirasakan semakin cepat di Bumi dapat dihubungkan dengan fenomena alam dan siklus astronomi yang kompleks, termasuk interaksi antara rotasi Bumi, revolusi bulan, dan siklus matahari. “Jika kita memandang waktu sebagai durasi yang diukur berdasarkan pergerakan benda langit seperti matahari dan bulan, maka setiap perubahan dalam siklus ini dapat memengaruhi persepsi dan bahkan pengukuran waktu yang kita rasakan.”
Hubungan Siklus Matahari, Bulan, dan Percepatan Durasi Berdasarkan Pemahaman Modern
- Rotasi dan Revolusi Bumi, Rotasi Bumi pada porosnya menentukan panjang satu hari. Revolusi Bumi mengelilingi matahari menentukan panjang satu tahun. Jika terjadi perubahan kecepatan rotasi Bumi, misalnya akibat redistribusi massa bumi karena fenomena seperti gempa besar atau perubahan iklim, durasi waktu yang kita alami sehari-hari juga bisa terpengaruh.
- Efek Bulan, Gravitasi bulan memengaruhi pasang surut laut, yang dalam jangka panjang memengaruhi rotasi Bumi. Bulan juga perlahan menjauh dari Bumi sekitar 3,8 cm per tahun, yang berdampak kecil tetapi terukur pada percepatan waktu yang dirasakan di skala waktu geologis.
- Siklus Matahari, Aktivitas matahari, seperti siklus 11 tahunan (solar cycle), memengaruhi medan magnet Bumi. Perubahan elektromagnetik ini dapat memengaruhi sistem pengukuran mekanik yang sangat sensitif terhadap perubahan gravitasi dan medan magnetik.
Jam Mekanik dan Pengaruh Gravitasi serta Elektromagnetik
“Jam mekanik tradisional dan jam atom modern bergantung pada stabilitas konstan gravitasi dan lingkungan elektromagnetik untuk menjaga akurasi waktu. Jika terdapat perubahan besar pada medan gravitasi atau elektromagnetik, jam dapat mengalami pergeseran kecil dalam pengukuran waktu. Hal ini dapat terjadi, misalnya, selama badai geomagnetik besar yang dipicu oleh aktivitas matahari. maka kita akan merasakan;
Persepsi Waktu yang Terasa Cepat
- Faktor Astronomi dan Fisik, Jika putaran Bumi atau siklus bulan-matahari berubah meski dalam skala kecil, ini bisa memengaruhi cara manusia mengukur waktu secara alami. Perubahan kecil dalam durasi siang dan malam mungkin tidak disadari langsung, tetapi akumulasi dalam jangka panjang bisa membuat waktu terasa lebih cepat, saya rasanya baru kemarin buat artikel, tidak terasa besok sudah mau hari jumaat lagi.
- Faktor Psikologis dan Teknologi, Selain faktor fisik, persepsi waktu manusia juga dipengaruhi oleh gaya hidup modern. Kehidupan yang serba cepat, teknologi yang mempercepat komunikasi, dan banyaknya aktivitas sering membuat waktu terasa berlalu lebih cepat daripada generasi sebelumnya. coba baca lagi ke atas, sudah saya jelaskan kenapa seperti ini kan? dengan membuat perumpamaan antara durasi waktu semut dan durasi waktu manusia.
Durasi Waktu dan Perspektif Filosofis
“Jika waktu dipengaruhi oleh siklus matahari dan bulan, maka manusia sebenarnya hidup dalam durasi yang tidak sepenuhnya absolut, melainkan relatif terhadap lingkungan kosmik. Dalam konteks ini, waktu akan terasa semakin cepat karena kita berada dalam fase perubahan dunia yang dipicu oleh dinamika alam semesta. masa setelah tau ini kalian masih tidak sadar akan bahanya nya? itu artinya Bumi yang kita pijak, Alam semesta ini telah memberikan tanda-tanda akhir zaman dan waktu kiamat, sesuai Al-Qur’an dan Al Hadis, kalau muslim ya harus Mengimani adanya Hari Akhir, iman itu bukan sekedar percaya atau tau tapi tidak mau tau, kalau sudah tau tapi tidak tergerak untuk memperbaiki diri, malah menantang azab apa itu maksudnya? sudah banyak amal kalian yah? jangan sampai di akhirat menyesal nanti” tegas Nanan.
“Dengan Pemahaman ini, mengajak kita manusia untuk lebih peka terhadap perubahan alam dan menghargai setiap momen yang diberikan. Seiring dengan percepatan durasi waktu, manusia diingatkan untuk menyesuaikan diri, baik dalam cara hidup, teknologi, maupun cara kita memandang kehidupan secara keseluruhan.”
Sebagai gambaran dalam memahami Waktu, berikut Persepsi mekanis waktu, durasi, dan dampaknya pada kehidupan;
Aspek | Persepsi Mekanis Waktu | Durasi (Relatif) | Dampak pada Kehidupan |
---|---|---|---|
Rotasi Bumi | Waktu diukur berdasarkan siang dan malam | Sedikit berubah akibat redistribusi massa alam | Dampak: Perubahan panjang hari (mikrodetik) memengaruhi kalender dan akurasi teknologi navigasi. |
Revolusi Bumi | Waktu diukur berdasarkan pergerakan mengelilingi matahari | Stabil secara umum tetapi dipengaruhi oleh variasi orbit | Dampak: Perubahan musim, variasi iklim jangka panjang, dan penyesuaian sistem kalender dunia. |
Gravitasi Bulan | Siklus pasang-surut memengaruhi pengukuran waktu di masa lalu | Perlahan memperpanjang hari karena efek pasang surut | Dampak: Aktivitas manusia di wilayah pesisir dan perubahan ekosistem laut jangka panjang. |
Elektromagnetik Matahari | Aktivitas matahari memengaruhi perangkat elektronik dan mekanis | Tidak langsung memengaruhi durasi tetapi memengaruhi akurasi | Dampak: Gangguan komunikasi, kerusakan satelit, dan sistem navigasi terganggu selama badai matahari. |
Jam Mekanis | Mengandalkan gravitasi dan stabilitas medan magnet | Bergantung pada kecepatan konstan roda gigi dan pendulum | Dampak: Kesalahan pengukuran waktu jika gravitasi atau medan magnet berubah secara signifikan. |
Jam Atom | Menggunakan osilasi atom sebagai standar | Akurasi tinggi, terpengaruh minimal oleh faktor eksternal | Dampak: Digunakan dalam GPS, telekomunikasi, dan penelitian ilmiah untuk menjaga sinkronisasi dunia. |
Persepsi Psikologis | Waktu terasa lebih cepat dalam kehidupan modern | Relatif, bergantung pada aktivitas dan usia individu | Dampak: Stres, kurangnya waktu untuk refleksi, dan perasaan tidak cukup waktu untuk aktivitas penting. |
Kecepatan Waktu Relatif | Perubahan kecil pada siklus astronomi memengaruhi durasi alami | Durasi terasa lebih cepat saat rotasi sedikit dipercepat | Dampak: Penyesuaian kalender dan metode pengukuran waktu, serta kesadaran atas perubahan kosmik. |
- Persepsi Mekanis Waktu, Mengacu pada cara kita mengukur waktu menggunakan alat seperti jam, kalender, dan teknologi berbasis waktu.
- Durasi Relatif, Waktu yang dirasakan atau diukur yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal (psikologis) atau eksternal (astronomis).
- Dampak pada Kehidupan, Efek nyata pada kehidupan manusia akibat perubahan persepsi dan durasi waktu. Ini meliputi adaptasi teknologi, aktivitas ekonomi, hingga keseimbangan kehidupan sehari-hari.
“Tabel tersebut menggabungkan aspek fisik, mekanis, dan psikologis untuk memberikan gambaran holistik tentang hubungan antara manusia dengan waktu.” dimana Jika kehidupan didasarkan pada “durasi waktu“, artinya “manusia perlu mengelola waktu secara bijak agar dapat beradaptasi dengan perubahan dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki.”
Apa yang Perlu kita Renungkan Setelah Tau kapan Waktu Kiamat ?
1. Pemahaman tentang Durasi Hidup
- Refleksi atas Waktu yang Terbatas, Sadar bahwa setiap manusia memiliki durasi hidup yang terbatas, sehingga harus fokus pada hal-hal yang lebih bermakna.
- Prioritas Hidup, Tentukan apa yang paling penting, seperti keluarga, karier, ibadah, atau kontribusi sosial dan pastikan apa yang kita kerjakan tersebut benar-benar memberikan manfaat yang benar-benar besar, bukan hanya karena berdasarkan kebutuhan untuk mencukupi materi, apalagi cuma karena untuk bertahan hidup dari bulan ke bulan, kita ini bukan burung, bukan monyet dan bukan kerbau.
2. Manajemen Waktu yang Efektif
- Rencana Harian dan Jangka Panjang, Buat jadwal yang jelas untuk kegiatan sehari-hari dan tujuan hidup jangka panjang.
- Hindari Pemborosan Waktu, Identifikasi kegiatan yang tidak produktif, seperti penggunaan media sosial berlebihan, dan alihkan waktu tersebut ke hal yang lebih bermanfaat.
- Teknologi Pendukung, Gunakan teknologi seperti aplikasi pengelola waktu untuk membantu tetap fokus.
3. Adaptasi dengan Perubahan Durasi
- Fleksibilitas Mental, Belajar beradaptasi dengan perubahan kecepatan waktu, baik secara fisik (seperti perubahan jam kerja) maupun psikologis (merasa waktu berjalan lebih cepat).
- Keseimbangan Aktivitas, Sesuaikan ritme hidup agar seimbang antara pekerjaan, istirahat, dan rekreasi, sesuai dengan kebutuhan durasi individu.
4. Peningkatan Efisiensi
- Pendidikan dan Keterampilan, Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit, namun tetap hargai proses.
- Delegasi dan Kolaborasi, Jangan ragu untuk membagi tugas dengan orang lain agar lebih efisien dalam menyelesaikan pekerjaan dan pastikan tugas dan pekerjaan tersebut yang jelas memberikan manfaat secara ecological.
5. Kesehatan Fisik dan Mental
- Perawatan Diri, Pastikan tubuh mendapatkan istirahat, nutrisi, dan olahraga yang cukup agar tetap sehat menghadapi durasi hidup.
- Pengelolaan Stres, Belajar teknik relaksasi, seperti meditasi atau olahraga, untuk mengurangi tekanan akibat persepsi waktu yang terasa cepat.
6. Kesadaran Spiritual
- Pemaknaan Waktu sebagai Amanah, Dalam banyak tradisi spiritual, waktu dianggap sebagai pemberian yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
- Hidup dengan Ikhlas dan Syukur, Fokus pada kualitas hidup, bukan hanya kuantitas waktu.
7. Kontribusi dan Warisan
- Memberi Dampak Positif, Gunakan durasi hidup untuk memberikan manfaat kepada orang lain, baik melalui pekerjaan, ilmu, atau tindakan.
- Tinggalkan Warisan Positif, Pastikan bahwa tindakan dan karya yang dilakukan akan memiliki dampak jangka panjang bagi generasi berikutnya.
“Dengan menyadari bahwa durasi adalah inti dari kehidupan, manusia dapat hidup lebih penuh, seimbang, dan terarah. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk menghadapi perubahan waktu dengan kesiapan dan ketenangan.”
Pemahaman Konsep takdir, Durasi dan Waktu
“Konsep takdir dan durasi dalam kerangka kehidupan memberikan kita perspektif mendalam tentang hubungan manusia dengan waktu dan ketetapan ilahi.” Durasi adalah “kerangka waktu yang diberikan kepada setiap makhluk untuk menjalani kehidupan, sedangkan takdir adalah ketetapan ilahi yang berada di luar kendali manusia. Perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut;
Durasi sebagai Nasib
Durasi adalah jangka waktu yang bersifat universal dan melekat pada setiap makhluk hidup.
- Generalitas Durasi, Semua makhluk memiliki “nasib waktu” yang telah diberikan oleh Tuhan, seperti masa hidup, proses pertumbuhan, dan akhir kehidupan.
- Keterbatasan Durasi, Durasi menggambarkan perjalanan waktu yang tetap, yang terukur dan memiliki akhir, seperti usia manusia, perjalanan matahari, atau siklus hidup bumi.
- Pilihan dalam Durasi, Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka mengisi waktu (durasi) yang diberikan, melalui usaha, doa, dan tindakan.
Takdir sebagai Ketetapan Tuhan
Takdir, dalam perspektif ilahi, adalah keputusan mutlak yang sudah ditentukan oleh Tuhan sebelum segala sesuatu tercipta.
- Kehendak Ilahi, Takdir tidak tergantung pada durasi, tetapi mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik masa lalu, sekarang, maupun masa depan.
- Ketetapan Spesifik, Takdir bersifat unik untuk setiap individu. Misalnya, kapan seseorang lahir, di mana ia tinggal, atau bagaimana akhir hidupnya.
- Tidak Dapat Diubah, Dalam konsep keimanan, takdir adalah ketetapan absolut Tuhan yang tidak bisa diintervensi oleh manusia.
Relasi Durasi dan Takdir
- Durasi Sebagai Wadah, Durasi adalah wadah di mana takdir akan terungkap. Dimana Manusia menjalani takdir mereka dalam batasan waktu yang diberikan.
- Takdir Melampaui Durasi, Takdir tidak dibatasi oleh durasi. Ketetapan Tuhan mencakup segala sesuatu, bahkan setelah durasi makhluk berakhir (seperti kehidupan setelah kematian).
- Dimensi Waktu dan Ketentuan, Jika durasi adalah “garis waktu,” maka takdir adalah “titik-titik” di sepanjang garis tersebut yang telah ditetapkan.
Implementasi Konsep dalam Kehidupan
- Manusia dan Durasi, Dalam durasi, manusia diberi kebebasan untuk berusaha, memilih, dan menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
- Manusia dan Takdir, Manusia tidak memiliki kuasa untuk mengubah takdir, tetapi mereka dapat berdoa dan berserah diri sebagai bentuk pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan.
- Keseimbangan, Memahami bahwa durasi adalah nasib yang bisa dikelola, sementara takdir adalah ketetapan Tuhan, dapat membantu manusia untuk hidup dengan ikhlas dan penuh syukur.
“Kesimpulannya, durasi mencerminkan waktu yang diberikan sebagai peluang untuk berbuat, sementara takdir adalah ketentuan Tuhan yang menegaskan arah hidup di luar kendali manusia. Kombinasi antara menjalani durasi dengan kesadaran akan takdir akan menciptakan kehidupan yang penuh makna bagi manusia.”
Sebagai Contoh Bagaimana kita bisa Memahami Usia Bumi ?
Usia Bumi, jika ditentukan berdasarkan durasi adalah hasil dari proses alami yang terjadi seiring waktu. Namun, “percepatan kehancuran Bumi bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Durasi di sini bukan hanya penghitungan waktu linear, melainkan waktu yang dipengaruhi oleh siklus alami dan aktivitas manusiadi alam ini.” Berikut adalah gambarannya tentang faktor-faktor yang akan memengaruhi percepatan pada kehancuran Bumi;
1. Faktor Alami
- Siklus Matahari dan Bulan, Interaksi gravitasi antara Bumi, Matahari, dan Bulan memengaruhi orbit, rotasi, dan fenomena seperti pasang surut. Perubahan dalam siklus ini, seperti fluktuasi aktivitas Matahari, dapat memengaruhi stabilitas iklim Bumi.
- Perubahan Geologis, Aktivitas vulkanik, pergeseran lempeng tektonik, dan gempa bumi dapat mengubah permukaan Bumi, memengaruhi ekosistem, dan menciptakan kondisi ekstrem yang mempercepat kehancuran.
- Asteroid atau Benda Langit, Tabrakan dengan asteroid besar dapat menyebabkan kerusakan dunia dan mempercepat perubahan iklim atau ekosistem.
- Keseimbangan Ekosistem, Perubahan alami dalam keanekaragaman hayati, seperti kepunahan spesies, dapat menggoyahkan rantai makanan dan sistem pendukung kehidupan. sampai disini apa belum bergidik bulu kuduk nya? artinya kita sudah makin dekat dengan kiamat total atau kiamat besar, bila dalam hal ini umat manusia sudah berakhir waktu dan tugasnya, karena semua yang ada dalam kehidupan ini di buat dan di ciptakan untuk menyokong bagi kehidupan manusia, tapi bukan berarti untuk di manfafatkan tanpa mau menjaganya, karena kehendak ada harus berserta dengan tanggung jawabnya.
2. Faktor Antropogenik (Aktivitas Manusia)
- Pemanasan Global, Aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan pelepasan gas rumah kaca mempercepat perubahan iklim, mencairkan lapisan es, dan menaikkan permukaan laut.
- Degradasi Lingkungan, Polusi udara, air, dan tanah merusak ekosistem Bumi dan mengurangi daya dukung bumi.
- Eksploitasi Sumber Daya, Penambangan berlebihan, deforestasi, dan konsumsi sumber daya non-renewable mengurangi kemampuan Bumi untuk regenerasi.
- Urbanisasi dan Overpopulasi, Peningkatan populasi manusia menciptakan tekanan pada sumber daya alam dan mempercepat degradasi lingkungan.
3. Faktor Teknis dan Teknologi
- Senjata Nuklir, Penggunaan senjata nuklir dalam skala besar dapat menyebabkan kehancuran ekologis yang tidak dapat diperbaiki.
- Eksperimen Teknologi Energi, Penggunaan teknologi yang belum teruji pada skala besar, seperti geoengineering, dapat menghasilkan dampak tak terduga yang merusak keseimbangan bumi.
- Ketergantungan pada Sistem Mekanis, Sistem teknologi yang bergantung pada sumber daya Bumi tanpa perencanaan berkelanjutan mempercepat kerusakan.
4. Faktor Kosmik
- Perubahan Orbit Bumi, Perubahan dalam orbit Bumi terhadap Matahari atau bulan dapat memengaruhi durasi musim dan stabilitas iklim.
- Radiasi Kosmik, Aktivitas kosmik seperti semburan gamma atau supernova di dekat galaksi kita dapat memengaruhi atmosfer Bumi dan ekosistemnya.
Adaptasi dan Solusi
Untuk memperlambat percepatan kehancuran Bumi, manusia perlu:
- Meningkatkan kesadaran akan lingkungan.
- Mengurangi konsumsi berlebihan.
- Beralih ke energi terbarukan.
- Memperkuat kerjasama internasional untuk mitigasi perubahan iklim.
- Mengembangkan teknologi berkelanjutan.
Semua hal itu tidak akan terwujud, bila dalam hal ini dunia alfa dari Khalifah (خليفة) dalam Islam Khalifah memiliki arti sebagai “pengganti” atau “pemimpin.” Dalam konteks keagamaan dan sejarah Islam, khalifah merujuk pada pemimpin umat Islam yang bertugas menerapkan ajaran Islam, menegakkan keadilan, dan menjaga kesatuan umat (ummah). “Khalifah juga dianggap sebagai penerus Nabi Muhammad SAW dalam memimpin umat, meskipun tanpa memiliki otoritas kenabian.”
Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an dan Hadis
- Dalam Al-Qur’an:
- “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’” (QS. Al-Baqarah: 30)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia secara umum diangkat sebagai khalifah di bumi untuk menjaga, memakmurkan, dan mengelola bumi sesuai dengan aturan Allah.
- “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’” (QS. Al-Baqarah: 30)
- Dalam Hadis:
- Rasulullah SAW bersabda:
“Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi. Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain menggantikannya. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelahku, tetapi akan ada khalifah-khalifah yang banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW, umat Islam akan dipimpin oleh para khalifah yang menerapkan syariat Islam.
- Rasulullah SAW bersabda:
Fungsi dan Tugas Khalifah
- Penerus Dakwah: Menyebarkan ajaran Islam ke seluruh dunia.
- Sebagai Pemimpin Spiritual dan Politik: Khalifah bertanggung jawab atas kesejahteraan spiritual dan duniawi umat Islam.
- Penegak Syariat: Memastikan hukum Islam diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
- Pelindung Umat: Melindungi umat Islam dari ancaman luar dan menjaga persatuan mereka.
- Pengelola Sumber Daya: Mengelola kekayaan umat untuk keadilan dan kemakmuran bersama.
“Jika manusia memahami durasi sebagai peluang, maka langkah-langkah tersebut menjadi cara untuk memanfaatkan waktu yang ada demi menjaga keseimbangan bumi dan memperpanjang keberlanjutan kehidupan di Bumi.” tegas Nanan. “Saya ingin tanya, Juru Selamat Kalian siapa? Terlepas dari apa Agama dan Kepercayaan Masing-masing, tugas-tugas di atas harus di jalankan untuk Mencegah Kiamat besar terjadi lebih Cepat, Bumi dan Kehidupan ini Memiliki Durasi, Namun Takdir adalah Ketentuan Allah, Bukan Kehendak kita dan Bukan Ranah Kita Menentukan Kapan Kiamat, Namun bila Kiamat total Datang lebih cepat, dan itu Belum mencapai tujuan dimana Manusia memahami untuk apa Manusia Hidup? Maka itu artinya Kiamat tersebut bukanlah Kehendak Allah, tapi karena Ulah kita sendiri Manusia sehingga Kiamat terjadi tanpa Manusia pernah sampai pada puncak kesempurnaan” tutupnya. (red)