Era Baru Transisi Finansial: Mempersiapkan Diri di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Dunia

by -234 Views

Seputaremas.co.id | 8 Januari 2025 Jakarta – Di tengah perubahan besar dalam sistem ekonomi global, transisi menuju standar nilai berbasis aset nyata menjadi perhatian utama masyarakat saat ini. Perubahan ini didorong oleh melemahnya kepercayaan terhadap uang kertas yang semakin kehilangan nilai intrinsiknya serta expansi moneter modern yang memberikan kewenangan pada negara untuk terus mencetak uang dan utang. Akibatnya, Inflasi terus naik dan Devaluasi nilai uang Terus turun, Menurut pemerhati kebijakan Ekonomi dan Politik Nanan Suhendar, “Individu kini akan dihadapkan pada tantangan untuk mempersiapkan diri agar tidak terjebak dalam dampak buruk dari kejatuhan sistem ekonomi berbasis mata uang fiat.”

“Untuk itu, Langkah-langkah strategis ini menjadi penting untuk menghadapi gejolak ini. Diversifikasi aset ke bentuk yang lebih stabil seperti emas, perak, tanah, atau properti menjadi salah satu solusi utama”. terang Nanan, “Aset-aset ini jelas memiliki nilai intrinsik yang tahan terhadap fluktuasi ekonomi, sehingga mampu melindungi kekayaan individu dari depresiasi mata uang, Pokoknya gaya Menyimpan kita kembali ke Nasehat orang tua jaman dahulu, simpan di tanah, rumah, atau hewan ternak kalau emas tidak ada”. Di sisi lain, Nanan juga menyarankan untuk “menghindari investasi dalam mata uang apapun itu dolar, euro, yuan, yen semua mata uang fiat berpotensi menjadi tidak stabil setelah hilangnya sistem Cadangan devisa karena konsep LCS dan LCT akan lebih menekankan pada transalsi langsung antara mata uang, hal ini menjadi langkah bijak untuk menghindari kerugian, bahkan untuk likuiditas, simpan uang kertas seperlunya saja sesuai kebutuhan, selebihnya simpan di nilai ekonomi riil”. tegas Nanan.

Selain itu, Menurutnya, “kemampuan memproduksi barang atau jasa nyata menjadi kunci dalam sistem ekonomi berbasis nilai. Keterampilan di bidang pertanian, manufaktur, atau teknologi akan kembali memberikan peluang bagi individu untuk tetap relevan dalam ekonomi yang mengedepankan hasil nyata. Konsumsi lokal dan pengurangan ketergantungan pada barang impor juga menjadi cara efektif untuk memperkuat ekonomi komunitas. utamanya karena di era industri 4.0 ini akan serba automasi, sehingga kalau kita tidak mandiri, ya tidak akan bisa mencukupi kebutuhan ekonomi, sebab jangan harap manusia bisa bekerja di tahun 2025 semua industri sudah akan full di isi oleh mesin kerja dan hanya beberapa oprator saja yang masih tetap manusia” tegasnya.

“Edukasi finansial turut berperan penting dalam membantu individu dalam memahami dinamika perubahan basis ekonomi dunia saat ini. Pengetahuan mengenai manfaat aset nyata sebagai penyimpan nilai dan analisis pola gejolak ekonomi dunia akan memberikan keunggulan dalam pengambilan keputusan. Sementara itu, komunitas berbasis kolaborasi ekonomi menjadi fondasi dalam mendukung individu dan kelompok dalam menghadapi transisi ini.”

Di tengah perubahan, “pola hidup sederhana menjadi pilihan yang relevan. Mengurangi konsumsi berlebihan dan meningkatkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat membantu individu mengatasi ketergantungan pada pasar yang tak menentu. Pengelolaan utang juga perlu diperhatikan, dengan prioritas pada pelunasan utang berbasis mata uang kertas dan penghindaran utang baru kecuali untuk investasi produktif.” terang Nanan. “Intinya jangan apa-apa dijadikan uang, nilai ekonomi itu lebih bernilai daripada nilai uang, Kalian itu jangan bodoh, jaminan uang adalah kepercayaan pada ketersediaan barang dan jasa, Kalau harga makin naik ya artinya nilai uang makin jatuh, sebaliknya saat harga-harga ekonomi makin naik artinya nilainya makin tinggi lebih daripada uang karena uang yang mengejar ekonomi bukan sebaliknya”

Perubahan ini tidak hanya menuntut adaptasi, tetapi juga kolaborasi dan inovasi. Dengan langkah-langkah strategis, individu dapat mengamankan posisinya dalam ekonomi baru yang berbasis nilai, memastikan stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.

Berikut adalah tabel yang menjelaskan perbedaan antara konsep cadangan devisa holder-saver, Local Currency Settlement (LCS), dan Local Currency Trade (LCT):

AspekCadangan Devisa Holder-SaverLocal Currency Settlement (LCS)Local Currency Trade (LCT)
DefinisiSistem di mana negara memegang mata uang asing (misalnya USD) sebagai cadangan untuk stabilitas ekonomi dan perdagangan internasional.Sistem di mana transaksi antarnegara dilakukan langsung menggunakan mata uang lokal tanpa perantara mata uang asing seperti USD.Perdagangan internasional langsung menggunakan mata uang lokal untuk pembelian barang/jasa tanpa memerlukan penyelesaian cadangan devisa.
KetergantunganSangat bergantung pada mata uang cadangan global (seperti USD atau Euro).Mengurangi ketergantungan pada mata uang cadangan global, tetapi masih memerlukan mekanisme perhitungan lintas mata uang lokal.Tidak memerlukan keterlibatan mata uang asing sama sekali; sepenuhnya berbasis nilai mata uang lokal.
Stabilitas EkonomiBergantung pada kestabilan mata uang cadangan; krisis pada mata uang cadangan dapat memengaruhi negara holder-saver (penyimpan devisa).Lebih stabil terhadap krisis mata uang cadangan global tetapi memerlukan perjanjian bilateral yang kuat.Stabil secara lokal, tetapi rentan jika salah satu mata uang lokal melemah signifikan. maka itu menjaga stabilitas nilai uang agar selalu selaras dengan nilai ekonomi sangat penting
FleksibilitasTerbatas, karena negara perlu menyesuaikan kebijakan ekonomi dengan kebijakan mata uang cadangan.Lebih fleksibel dalam perdagangan bilateral; memerlukan penyelarasan mekanisme pembayaran lintas mata uang lokal.Sangat fleksibel untuk transaksi langsung, tetapi kurang cocok untuk ekonomi dengan mata uang yang kurang stabil, untuk itu mata uang perlu di jaminkan emas atau perak
Manfaat Utama Tidak ada manfaat, Rugi Berat, Utang Numpuk, Rakyat Sengsara, Nilai Tukar Amburadul, budaya, bangsa dan negara ancur karena globalismeMengurangi dominasi mata uang global dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral antar negaraMempercepat transaksi, mengurangi biaya konversi, dan memperkuat nilai mata uang lokal secara langsung.
Risiko UtamaKetergantungan tinggi pada negara penerbit mata uang cadangan, terutama dalam hal kebijakan moneter mereka.Memerlukan koordinasi yang erat antara negara, serta risiko ketidakseimbangan nilai tukar antar mata uang lokal, bila dalam hal ini porsi kekuatan ekonomi lebih besar di finansial bukan sektor riil nya.Rentan terhadap volatilitas mata uang lokal, terutama untuk negara dengan ekonomi yang lebih lemah. untuk itu jaminan dari LCS dan CT adalah ekonomi yang stabil dan kuat
Arah KebijakanCenderung melestarikan dominasi mata uang tertentu seperti USD yang akan terus melemahkan nilai tukar mata uang lokal terhadap USD seiring penambahan bunga utang dan peredaran mata uang dolar.Mendorong diversifikasi mata uang dalam perdagangan internasional.Berfokus pada penguatan ekonomi lokal dan regional melalui pengurangan peran mata uang asing.
Contoh ImplementasiNegara yang menyimpan cadangan USD, Euro, atau Yen sebagai devisa utama.Perjanjian bilateral seperti LCS antara Indonesia dan Thailand atau Indonesia dan Malaysia.Perdagangan lintas batas antarnegara yang hanya menggunakan mata uang lokal, seperti dalam perdagangan regional Asia.

Hal yang aka Terjadi dari Keruntuhan Sistem keuangan Global

Kehancuran sistem keuangan global berbasis mata uang fiat akan memunculkan perubahan besar dalam pola transaksi dan penyimpanan nilai ekonomi. Dengan melemahnya permintaan atas pinjaman dalam mata uang seperti dolar, euro, dan yen, arus kapital akan beralih menuju aset-aset nyata seperti emas, perak, properti, serta komoditas lainnya yang memiliki nilai intrinsik lebih stabil. Pergeseran ini mencerminkan ketidakpercayaan terhadap uang kertas yang telah terputus dari nilai esensialnya dari waktu ke waktu.

“Upaya menyimpan kekayaan dalam bentuk mata uang asing atau aset digital yang berbasis dolar, seperti Bitcoin, juga akan menghadapi tantangan baru. Beberapa negara akan mulai memberlakukan sanksi ekonomi bagi pihak yang menimbun valuta asing di luar kerangka legal seperti Local Currency Settlement (LCS) dan Local Currency Trade (LCT). Sistem LCS dan LCT akan lebih diakui karena transaksi yang dilakukan langsung dan mencerminkan nilai nyata ekonomi tanpa menimbulkan akumulasi mata uang asing yang dapat mengganggu kestabilan moneter, kita sudah memasuki era System Stability Settlement. menggantikan System Price Stability dengan konsep Cadev/cadangan devisa” terang Nanan.

“Artinya, transaksi dalam valuta asing di luar kerangka ini akan dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan ekonomi. Hal ini berpotensi mengganggu stabilitas moneter karena arus modal yang tidak terkendali dapat memengaruhi peredaran uang di dalam negeri dan melemahkan efektivitas kebijakan fiskal dan moneter, serta perlemahan ekonomi”

“Kebijakan ini menegaskan bahwa sistem berbasis nilai nyata, bukan sekadar alat tukar berbasis kepercayaan seperti uang fiat, akan menjadi standar baru. Di tengah perubahan ini, negara-negara berupaya memastikan bahwa kapital tidak menjadi alat spekulasi, melainkan digunakan untuk mendukung kegiatan ekonomi riil. Bagi individu, memahami transisi ini menjadi kunci untuk bertahan dan beradaptasi dalam era ekonomi yang penuh dinamika.” tutup Nanan. (red)

Tentang Penulis Redaksi

Gravatar Image
Team Redaksi