Turun nya Kepercayaan Terhadap Pemerintahan Global, Alat Pembayaran Fiat dan Ancaman Keruntuhan Tatanan Sosial

by -226 Views

Seputaremas.co.id | 1 Oktober 2024 Jakarta – Penyebab kembalinya standar nilai, seperti ‘standar emas’, adalah akibat dari menurunnya kepercayaan masyarakat global terhadap pemerintahan dan alat pembayaran yang mereka digunakan, seperti mata uang fiat yang sudah tidak di jamin apa-apa lagi, Inflasi yang kian meninggi, tekanan dan biaya hidup yang semakin berat, menjadikan era Milenial dan Gen Z saat ini kehilangan optimisme dan kepercayaan terhadap progres pemerintahan di berbagai negara.

Sementara Korupsi, Kolusi dan Nepotisme serta Meruncingnya Politik dan Geopolitik seakan sudah menjadi konsumsi sehari-hari, di tengah-tengah Pesimisme saat ini pasca pandemic, apa yang generasi saat ini harapkan? Masalah Global saat ini yang bersamaan terjadi di banyak negara adalah:

Ketidakstabilan Ekonomi, Ketika ekonomi suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, deflasi, atau ketidakstabilan finansial lainnya, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan terhadap mata uang fiat yang mereka gunakan. Inflasi yang terus-menerus dapat merusak daya beli, sehingga orang mencari alternatif yang lebih stabil dan tahan terhadap penurunan nilai, seperti emas.

Krisis Keuangan atau Politik, Krisis keuangan global, seperti yang terjadi pada 2008, atau krisis politik yang menyebabkan ketidakpastian, bisa mengakibatkan berkurangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan mata uang yang diterbitkan oleh pemerintah. Dalam situasi ini, orang seringkali beralih ke aset yang lebih stabil dan diakui secara internasional, seperti emas.

Peningkatan Utang Publik, Ketika negara terus meningkatkan utang tanpa kebijakan fiskal yang jelas untuk mengurangi defisit, ini dapat memicu kekhawatiran akan kemampuan negara dalam mempertahankan stabilitas mata uangnya. Pada titik tertentu, kepercayaan terhadap mata uang fiat bisa memudar, dan masyarakat bisa memilih bentuk nilai yang dianggap lebih aman, seperti emas atau komoditas lainnya.

Kebijakan Moneter yang Tidak Stabil, Pemerintah dan bank sentral sering kali mencetak uang baru sebagai kebijakan untuk merangsang ekonomi, terutama dalam situasi krisis. Namun, jika kebijakan moneter ini dilakukan secara berlebihan (seperti “quantitative easing”), hal itu dapat menyebabkan inflasi yang parah atau bahkan hiperinflasi. Ini bisa menyebabkan masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap mata uang dan mencari alternatif seperti standar emas.

Pergeseran Kepercayaan Terhadap Sistem Perbankan, Jika sistem perbankan dianggap tidak stabil atau tidak aman oleh masyarakat, mereka mungkin mulai memindahkan aset mereka ke bentuk yang lebih aman dan tidak tergantung pada lembaga perbankan, seperti emas atau aset fisik lainnya. Hal ini dapat mempercepat keinginan untuk kembali ke standar nilai yang lebih stabil.

Volatilitas Mata Uang Digital, Meskipun cryptocurrency menawarkan alternatif terhadap mata uang fiat, volatilitasnya yang tinggi membuat beberapa orang tidak merasa nyaman menggunakannya sebagai alat tukar utama. Dalam situasi ini, masyarakat mungkin menganggap standar nilai yang didukung oleh aset fisik seperti emas jauh lebih stabil dan andal.

Kehilangan Kepercayaan Global Terhadap Mata Uang Cadangan, Mata uang fiat, seperti dolar AS, sering digunakan sebagai cadangan global. Jika negara-negara mulai kehilangan kepercayaan terhadap kekuatan dan stabilitas mata uang cadangan global, mungkin ada dorongan untuk kembali ke sistem yang lebih berbasis komoditas, seperti emas, terutama setelah terus naik nya Hutang AS dalam Dolar dan ekspansi kenaikan suku bunga, yang dampaknya tentu saja akan memberikan bunga baru dan peredaran uang baru yang akan semakin memperparah inflasi yang terjadi, bahkan bagi para pemegang dolar itu sendiri, walau dalam hal ini nilai dolar selalu di jaga stabil, namun efek domino dari perlemahan ekonomi negara-negara penunjang tidak akan bisa bertahan dari suku bunga yang tinggi yang mungkin akan membuat negara-negara tersebut terdampak krisis, baik financial maupun ekonomi yang akan berbalik memperburuk kondisi.

Kembalinya ke standar nilai yang berbasis emas atau aset lainnya dianggap sebagai solusi potensial dalam situasi di mana ketidakstabilan, inflasi, atau hilangnya kepercayaan pada sistem moneter dan pemerintah mengancam stabilitas ekonomi global.

Masalah-Masalah Global Saat ini

Beberapa masalah utama yang dihadapi dunia saat ini melibatkan berbagai aspek mulai dari ketegangan politik, Masalah ekonomi, Kerusakan lingkungan, dan kesenjangan sosial yang semakin lebar.

1. Perubahan Iklim dan Krisis Lingkungan

Peningkatan suhu bumi akibat emisi gas rumah kaca menyebabkan mencairnya es di kutub, kenaikan permukaan laut, dan cuaca ekstrem. Polusi udara, air, dan tanah mengancam kesehatan manusia dan merusak ekosistem. Deforestasi, perburuan, dan konversi lahan menyebabkan banyak spesies tumbuhan dan hewan mengalami kepunahan, semua itu terjadi karena kita saat ini banyak yang tidak memahami Nilai, fungsi dan mafaat selain dari pada keserakahan pada Uang dan Harta Kekayaan sampai tidak pedui lagi terhadap kerusakan lingkungan, akibatnya banyak terjadi bencana dimana-mana.

2. Krisis Ekonomi Global

Banyak negara saat ini menghadapi tingkat inflasi yang tinggi, setelah The Fed menaikan suku bunga mereka, yang pada ahirnya mengurangi daya beli dan memicu ketidakstabilan terhadap ekonomi, serta mengakselerasi inflasi semakin tinggi dan hutang dalam dolar semakin besar dan besar hingga menyebabkan bubble yang mungkin tidak akan siap di hadapi setiap orang saat itu mulai pecah.

Sementara itu, Ketimpangan pendapatan antara kaya dan miskin semakin melebar, golongan kelas menengah semakin terjebak dan turun, baik di dalam negara-negara maju maupun berkembang, yang menimbulkan ketidak puasan sosial dan kecemburuan sosial, yang pada akhirnya menaikan situasi konflik, tensi politik dan ancaman keruntuhan sosial sampai pada tingkat krisis multidimensi. Banyak negara menghadapi krisis utang yang semakin besar, yang berisiko menyebabkan kegagalan ekonomi di masa depan.

3. Ketidakstabilan Politik dan Konflik Internasional

Konflik bersenjata seperti perang di Ukraina, konflik di Timur Tengah, dan ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia saat ini memicu ketidakstabilan global, hanya tinggal menunggu waktu sampai keruntuhan pemerintahan terjadi dimana-mana.

Perang, kemiskinan, dan perubahan iklim juga menyebabkan meningkatnya jumlah pengungsi global, yang menciptakan tantangan kemanusiaan dan ketegangan sosial di negara-negara tujuan, akibat dari konflik dan peperangan juga migrasi karena bencana alam. Sementara itu Munculnya kelompok ekstremis dan teroris semakin menjadi ancaman pada masalah global dan bagi keamanan internasional, dimana saat ini isu rasial kembali meninggi.

4. Krisis Kesehatan Global

Paska Pandemi COVID-19, Meskipun dampak langsung dari pandemi sudah mulai mereda, krisis kesehatan global ini masih memiliki efek jangka panjang pada ekonomi, sistem kesehatan, dan ketahanan pangan, di tambah lagi banyak nya masalah kesehatan baru seperti varian virus dan penyakit yang mewabah, contoh seperti Cacar monyet.

Penyakit menular seperti HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis juga masih menjadi masalah besar di banyak negara berkembang, dimana Tuberkolosis ini di sinyalir banyak di idap oleh penduduk di Indonesia tanpa ada mitigasi kesehatan walaupun pada 2025 pemerintah akan mengadakan cek-up kesehatan gratis kepada setidaknya 55jt orang di Indonesia, sementara itu HIV/AIDS jadi resiko utama kesehatan, dimana Pernikahan dan Sex jadi pertaruhan nyawa akibat banyak nya penyakit menular ini, sehingga kemungkinan akan terjadi penurunan angka kesuburan, tingkat kelahiran dan pernikahan akibat dari kehati-hatian karena takut akan resiko penularan penyakit HIV/ AIDS.

Meningkatnya gangguan kesehatan mental, terutama akibat stres ekonomi, isolasi sosial, dan ketidakpastian politik juga menjadi perhatian utama di berbagai negara, banyak orang mengalami depresi dan kesehatan mental, di dorong dengan masalah-masalah sosial di atas yang di hadapi masyarakat global saat ini, banyak yang akhirnya Masyarakat memilih untuk Menjalani kehidupan yang sederhana, kembali ke Standar Nilai dan Memaknai dan menjalani kehidupan dengan tanpa tekanan, denga memilih Kembali pada Tuntunan Agama, Namun Tidak sedikit juga yang terjebak pada Kriminalitas akibat dari Tekanan hidup tersebut.

5. Krisis Pangan dan Air

Pertumbuhan populasi dunia, perubahan iklim, dan konflik menyebabkan kekurangan pangan di banyak wilayah, terutama di Afrika dan Asia Selatan. Kekurangan air bersih di banyak negara berkembang dan wilayah yang terancam kekeringan juga meningkatkan risiko kesehatan dan ketegangan sosial.

6. Krisis Energi

Sumber energi utama dunia masih berasal dari bahan bakar fosil (minyak, gas, batu bara), yang menyebabkan emisi karbon dan memperburuk perubahan iklim, sementara Upaya untuk beralih ke energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air masih mengalami tantangan teknologi, politik, dan ekonomi.

7. Krisis Keadilan Sosial dan Hak Asasi Manusia

Diskriminasi dan Ketidaksetaraan, Rasisme, seksisme, dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas masih menjadi masalah besar di banyak negara, termasuk ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan, apalagi generasi Milenial dan Z yang saat ini banyak terjebak oleh Jebakan Financial seperti Pinjol dan Judol, sementara itu Kerusakan moral dan sosial semakin menjadi dengan banyak nya peredaran Narkoba dan minuman-minuman keras, seolah-olah Saat ini masyarakat lebih memilih untuk hidup tanpa teknologi untuk menenangkan pikiran. Sementara itu Pelanggaran hak asasi manusia banyak terjadi di banyak tempat, termasuk penindasan politik, kebebasan berbicara yang dibatasi, dan pelanggaran hak-hak buruh, belum masalah Invasi dan upaya Agresi, seperti yang dilakukan Isreal saat ini di banyak negara Timur tengah, sementara Dunia hanya diam, menunggu Kehancuran Tatanan sosial Mendatangi Mereka.

8. Krisis Teknologi dan Privasi

Dari sektor Teknologi, Serangan siber dan pencurian data terus meningkat seiring dengan semakin digitalnya kehidupan, menimbulkan ancaman bagi privasi individu dan keamanan nasional, banyak sudah kasus kebocoran data baik di tingkat perusahaan sampai pemerintahan, bahkan saat ini mungkin masyarakat sudah mulai bosan dan tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi. Sementara itu Penyebaran berita palsu (hoax) dan misinformasi melalui media sosial dan platform digital serta cepat nya itu tersebar menciptakan ketidakpercayaan terhadap institusi publik dan politik saat ini, di tambah Kemajuan teknologi AI yang mana dapat mempermudah untuk memanipulasi segala data Digital saat ini, menjadikan Disinformasi semakin menjadi.

9. Populasi dan Urbanisasi

Pertumbuhan populasi yang cepat, terutama di negara-negara berkembang, menciptakan tekanan pada sumber daya alam, infrastruktur, dan layanan publik, hal ini karena dampak dari Capitalisasi yang gagal dimana Centralisasi Ekonomi tersebut memancing naik nya dan pindah nya penduduk ke kota-kota besar, sementara kota satelit dan pedesaan semakin berkurang dan mengalami krisis populasi, dampaknya adalah ketidak merataan sistem ekonomi dan tatanan sosial yang mendistrupsi berbagai aspek, centralisasi ini merusak berbagai sendi dan tidak hanya ekonomi, karena orang-orang banyak yang mengejar standar hidup layak yang mana belum tentu secara nilai baik, alih-alih itu hanya membuat terjadinya ketidak seimbangan peran sosial, sebagai contoh banyak bidang jasa ataupun ekonomi yang focus pada pendapatan dalam nilai uang, namun mengabaikan bidang jasa dan hasil ekonomi yang justru jadi pokok kebutuhan. Urbanisasi yang cepat juga menyebabkan masalah seperti kemacetan, polusi, perumahan yang tidak memadai, dan meningkatnya pemukiman kumuh di kota-kota besar, bahkan di Inggris dan Amerika sudah banyak tunawisma yang tinggal di jalan-jalan.

10. Ketidakpastian Global dan Perubahan Sistem Ekonomi

Pergeseran kekuatan global antara negara-negara seperti AS, China, dan Rusia menciptakan ketidakpastian dan meningkatkan risiko konflik di berbagai belahan dunia. Sementara globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi, ada juga reaksi proteksionis di banyak negara yang mempengaruhi perdagangan internasional dan aliansi ekonomi, hal tersebut dapat di maklumi sebagai dari upaya mitigasi dampak resiko dari globalisasi untuk menjaga stabilitas.

Semua masalah ini saling terkait dan membutuhkan solusi global yang kolaboratif serta kepemimpinan yang kuat dari negara-negara, institusi global, dan sektor swasta untuk mengatasi dampaknya pada masyarakat dan ekonomi dunia, yang semua masalahnya bersumber dari FIAT, yakni mata uang yang tidak di standarisasi oleh jaminan apapun. (red)

Tentang Penulis Redaksi

Gravatar Image
test