Ketidakpastian Pemilu AS Membebani Harga Logam, Stimulus China Mungkin Tertunda

by -29 Views

Seputaremas.co.id | 9 September 2024 Jakarta – Ketidakpastian seputar pemilihan presiden AS pada bulan November diperkirakan akan menahan kenaikan signifikan harga logam dengan meredam selera risiko global dan mungkin menunda stimulus pemerintah di China, menurut Citigroup Inc.

“Kami memproyeksikan pemotongan suku bunga The Fed, pelonggaran kebijakan lebih lanjut di China, dan peningkatan sentimen manufaktur global akan lebih konstruktif bagi harga logam pada kuartal keempat akhir atau awal 2025, setelah pemilu AS selesai,” tulis para analis termasuk Tom Mulqueen dalam catatan, merujuk pada Federal Reserve.

Logam seperti tembaga dan aluminium telah turun dalam beberapa bulan terakhir akibat kekhawatiran melambatnya permintaan dari China, ditambah ketidakpastian ekonomi global. Awal pekan ini, Goldman Sachs Group Inc. memperburuk sentimen dengan memangkas perkiraan harga tembaga 2025 sebesar $5.000.

Pada pemilihan November, calon dari Partai Republik dan mantan Presiden Donald Trump akan bersaing dengan Wakil Presiden Kamala Harris dalam pertarungan yang diperkirakan akan berlangsung ketat. Dalam survei nasional terbaru dari Emerson College, Harris unggul 49% dibandingkan Trump yang memperoleh 47%.

Harga logam melemah pada hari Jumat setelah laporan pekerjaan AS menunjukkan bahwa penambahan lapangan kerja di bulan Agustus lebih rendah dari perkiraan, menyusul revisi turun untuk dua bulan sebelumnya. Hal ini kemungkinan akan memicu perdebatan mengenai sejauh mana The Fed harus memangkas suku bunga.

Tembaga menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut di Bursa Logam London, sementara aluminium mencatat penurunan harian kedelapan berturut-turut. Seng juga tertekan pekan ini akibat masalah berkelanjutan di pasar baja China.

Citigroup mempertahankan perkiraan tiga bulan mereka untuk tembaga pada $9.500 dan aluminium pada $2.500, serta mengatakan bahwa pemulihan pertumbuhan global pada akhirnya akan membantu mendongkrak harga. Namun, ancaman tarif baru atau yang lebih tinggi jika Trump kembali ke Gedung Putih “tetap menjadi risiko utama bagi narasi pemulihan pertumbuhan,” tambahnya. (red)

Tentang Penulis Redaksi

Gravatar Image
test

Leave a Reply