Seputaremas.co.id | 28 September 2024 Jakarta – Kebijakan moneter adalah alat penting yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur ekonomi suatu negara bahkan ekonomi global, bila dalam hal ini pengaruh alat pembayaran cukup dominan. Kebijakan ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat berpengaruh pada perekonomian, serta dampak positif dan negatif yang perlu diperhatikan
Kebijakan moneter dapat membantu menjaga stabilitas ekonomi dengan mengontrol inflasi dan mempertahankan tingkat pertumbuhan yang sehat. Dengan pengaturan suku bunga dan jumlah uang beredar, bank sentral dapat mengurangi fluktuasi dalam perekonomian, tapi tidak ada jaminan juga bahwa pemangku kebijakan Moneter akan selalu netral dan menjalankan mandat mereka untuk selalu menjaga stabilitas, bila dalam hal ini pemangku kebijakan moneter dipengaruhi unsur politik, pemangku kebijakan moneter dapat di intervensi untuk keuntungan pemegang kuasa tertentu.
Melalui kebijakan moneter ketat, bank sentral dapat mengendalikan inflasi. Dengan meningkatkan suku bunga, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang beredar, sehingga menekan inflasi, namun pernahkan kita berfikir? bila analisa salah, pemangku kebijakan moneter dapat menerapkan kebijakan yang salah pula, yang pada akhirnya akan semakin meruntuhkan kepercayaan pada alat pembayaran yang memang pada dasarnya sudah tidak memiliki jaminan apapun saat ini.
Kebijakan moneter ekspansif, seperti menurunkan suku bunga, dapat mendorong konsumsi dan investasi. Ini menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi, terutama dalam masa resesi. dampaknya mungkin terlihat seperti baik, namun bagaimana jadinya bila setelah resesi usai dampak yang terjadi adalah semakin renggang nya kesenjangan sosial, dimana yang kaya akan semakin kaya dan miskin akan semakin miskin akibat dari pengetatan kebijakan moneter sebelumnya, karena dalam sejarahnya, inflasi tidak bersifat sementara, hal tersebut tidak perlu di buktikan lagi, untuk mengetahui nya cukup anda bandingkan harga-harga pada 10-20 tahun yang lalu dengan saat ini, oleh karena itu pula kelemahan dari kebijakan moneter adalah, saat suku bunga sudah mendekati negatif, maka bank central akan memiliki peluang lebih kecil dalam menerapkan kebijakan moneter.
Kebijakan moneter lebih fleksibel dan dapat diterapkan lebih cepat dibandingkan kebijakan fiskal. Bank sentral dapat dengan cepat menyesuaikan suku bunga atau jumlah uang beredar sesuai kebutuhan perekonomian. Kebijakan moneter dapat mempengaruhi pasar keuangan, termasuk saham, obligasi, dan nilai tukar mata uang, Karena hampir semua Alat Pembayaran berbasis satuan Harga, bukan berdasarkan satuan Nilai, sehingga selama uang sebagai acuan nya tidak memiliki jaminan, maka inflasi akan terus terakumulasi, seiring dengan terus naik nya jumlah pencetakan uang dan akumulasi hutang, bahkan dalam Theory MMT (mencetak uang sama dengan menambah hutang, masalahnya kemudian adalah, uang tersebut apakah itu uang Valas atau Mata uang sendiri)
Segudang Kekurangan dari Kebijakan Moneter
- Lags (Keterlambatan Efek)
- Terdapat keterlambatan antara penerapan kebijakan moneter dan dampaknya terhadap perekonomian. Proses ini bisa memakan waktu, sehingga kebijakan yang diterapkan mungkin malah sudah tidak efektif dan di butuhkan pada waktu yang tepat.
- Potensi Inflasi
- Kebijakan moneter yang terlalu ekspansif dapat menyebabkan inflasi yang tinggi. Jika bank sentral mencetak uang terlalu banyak, nilai mata uang bisa turun, mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa.
- Mengabaikan Sektor Riil
- Kebijakan moneter tidak selalu efektif dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan sektor riil, seperti pengangguran struktural atau masalah produksi. Kebijakan ini lebih fokus pada pengendalian agregat permintaan.
- Keterbatasan dalam Situasi Ekonomi Tertentu
- Dalam situasi di mana suku bunga sudah sangat rendah (zero lower bound), bank sentral memiliki keterbatasan dalam menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
- Risiko Gelembung Aset
- Kebijakan moneter yang sangat longgar dapat memicu gelembung aset, di mana harga aset meningkat secara tidak wajar. Ketika gelembung ini pecah, dapat menyebabkan kerugian besar bagi investor dan sistem keuangan.
Dampak dari Kebijakan Moneter
- Kebijakan moneter yang tepat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan meningkatkan konsumsi dan investasi, tetapi bagaimana bisa kita mengukur tingkat keberhasilan nya? dimana kesalahan dalam diagnosa ekonomi akan mengakibatkan salah nya dalam mengambil keputusan atau kebijakan moneter, sementara sudah jelas bahwa kebijakan moneter bersifat tidak langsung dampaknya.
- Kebijakan moneter dapat mengurangi inflasi yang berlebihan, menjaga daya beli masyarakat, Karena Bank central sangat paham berada dimana uang terbesar sebetulnya beredar, namun mereka tidak bisa memindahkan kekayaan dari mereka yang kaya kepada mereka yang miskin, alih-alih yang terjadi adalah dengan menciptakan kesenjangan sosial yang baru lewat pencetakan uang baru, dimana yang kaya tidak akan berkurang aset dan uang nya, sementara yang miskin akan semakin miskin ketika uang bertambah yang akan mendepresiasi nilai mata uang mereka.
- Stabilitas yang ditunjukkan oleh kebijakan moneter dapat meningkatkan kepercayaan investor, mendorong investasi domestik dan asing, hal tersebut dapat berdampak pada monopoli usaha, akusisi perusahaan perusahaan kecil dan golongan menengah, penurunan golongan kelas menengah di butuhkan agar golongan miskin tetap banyak dan golongan orang kaya tetap sedikit.
- Kebijakan moneter dapat memperkuat pasar keuangan dengan meningkatkan likuiditas dan akses ke pembiayaan, di satu sisi penambahan alat pembayaran mendorong inflasi terus naik
- Kebijakan moneter yang tidak tepat dapat menyebabkan inflasi yang tinggi, yang merugikan daya beli masyarakat pada akhirnya.
- Kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, bahkan menyebabkan resesi jika suku bunga terlalu tinggi, dan krisis ekonomi di negara yang lemah baik keuangan maupun ekonomi nya yang pada akhirnya mendorong expansi dan exploitasi di negara-negara yang di sebut negara berkembang.
- Fluktuasi tajam dalam kebijakan moneter dapat menyebabkan volatilitas di pasar keuangan, yang berdampak negatif pada investor dan ekonomi secara keseluruhan.
- Kebijakan moneter mungkin tidak efektif dalam mengatasi masalah struktural dalam perekonomian, seperti pengangguran yang tinggi di sektor tertentu.
Kebijakan moneter memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan. Kebijakan ini dapat memberikan dampak positif, seperti stabilitas ekonomi dan pengendalian inflasi, tetapi juga memiliki potensi dampak negatif seperti inflasi tinggi dan pertumbuhan negatif saat kebijakan yang di ambil justru tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Apa Saja yang dapat terdampak oleh Kebijakan Moneter, Selain Perubahan pada Jumlah Peredaran mata uang?
Nilai suatu mata uang sangat terdampak oleh kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral suatu negara. Kebijakan moneter adalah serangkaian tindakan yang diambil oleh otoritas moneter, seperti bank sentral, untuk mengatur jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga guna mencapai tujuan ekonomi tertentu, seperti stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, dan lapangan kerja.
Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menarik lebih banyak investasi asing, karena return dari instrumen keuangan seperti obligasi menjadi lebih menarik. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap mata uang lokal dan membuat nilainya menguat.
Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah biasanya mengurangi daya tarik mata uang lokal, sehingga nilai mata uang tersebut cenderung melemah karena penurunan permintaan dari investor.
Jika bank sentral meningkatkan jumlah uang beredar (misalnya, melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif atau “quantitative easing”), hal ini dapat menyebabkan inflasi yang mengurangi daya beli mata uang. Semakin banyak uang yang beredar tanpa diimbangi peningkatan produksi, maka nilai mata uang cenderung turun.
Di sisi lain, jika bank sentral mengetatkan jumlah uang beredar (misalnya, dengan menaikkan suku bunga atau menjual surat berharga), maka mata uang menjadi lebih kuat karena jumlah yang beredar terbatas, namun dampaknya terhadap kondisi ekonomi akan cenderung menghambat dan bahkan dapat berdampak krisis keuangan sampai berdampak pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, seperti meningkatnya jumlah pengangguran, gagal bayar utang karena kenaikan suku bunga, hingga deflasi dan resesi pada ekonomi.
Bank sentral dapat membeli atau menjual mata uang asing di pasar valuta asing untuk memengaruhi nilai tukar mata uang lokal. Jika bank sentral membeli mata uang lokal, permintaan meningkat sehingga nilai mata uang akan naik. Jika menjual mata uang lokal, maka nilainya bisa turun.
Kebijakan moneter ekspansif, yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, biasanya melibatkan suku bunga rendah dan peningkatan jumlah uang beredar. Ini dapat menurunkan nilai mata uang karena investor mencari keuntungan yang lebih tinggi di luar negeri.
Kebijakan moneter kontraktif, di sisi lain, bertujuan menekan inflasi dengan cara meningkatkan suku bunga dan mengurangi jumlah uang beredar. Ini cenderung memperkuat nilai mata uang karena mata uang lokal menjadi lebih menarik bagi investor global.
Inflasi adalah salah satu indikator yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Inflasi yang tinggi akibat kebijakan moneter yang terlalu longgar dapat mengurangi nilai mata uang, karena daya beli menurun. Mata uang dengan inflasi rendah cenderung lebih stabil dan kuat dibandingkan yang inflasinya tinggi.
Kebijakan moneter secara langsung memengaruhi nilai tukar mata uang. Sebagai contoh, jika bank sentral menaikkan suku bunga, permintaan terhadap mata uang lokal meningkat dari investor asing yang ingin mendapatkan keuntungan lebih tinggi dari instrumen keuangan di negara tersebut. Sebaliknya, penurunan suku bunga dapat melemahkan nilai tukar.
Kebijakan moneter memainkan peran kunci dalam menentukan nilai mata uang dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan. Suku bunga, jumlah uang beredar, inflasi, dan intervensi pasar adalah beberapa instrumen yang digunakan oleh bank sentral untuk memengaruhi nilai mata uang. Kebijakan yang tepat dapat menguatkan nilai mata uang, sementara kebijakan yang terlalu longgar atau salah dalam mengambil kebijakan bisa memicu inflasi dan melemahkan mata uang bahkan menyebabkan krisis pada ekonomi.
Kebijakan moneter dapat mempengaruhi kondisi Ekonomi dan Harga secara keseluruhan
harga barang dan jasa sangat terdampak oleh kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral suatu negara. Kebijakan moneter, yang meliputi pengaturan jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga, memengaruhi tingkat inflasi, daya beli masyarakat, serta biaya produksi. Semua ini berpengaruh langsung pada harga barang dan jasa di pasar.
Suku bunga yang lebih tinggi biasanya akan meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan konsumen. Ini dapat mengurangi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa karena mereka lebih memilih untuk menabung atau sulit mendapatkan kredit murah. Akibatnya, harga barang dan jasa cenderung turun atau stabil.
Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah memudahkan akses terhadap kredit, mendorong konsumsi dan investasi, sehingga permintaan terhadap barang dan jasa meningkat. Peningkatan permintaan ini bisa menaikkan harga, terutama jika tidak diimbangi oleh peningkatan produksi.
Inflasi adalah salah satu dampak langsung dari kebijakan moneter yang longgar (ekspansif). Jika bank sentral menurunkan suku bunga dan memperluas jumlah uang beredar, daya beli masyarakat meningkat, dan permintaan naik. Jika produksi barang dan jasa tidak dapat mengikuti kenaikan permintaan, harga akan naik, dan kembali akan menciptakan inflasi, itulah alasan kenapa nilai uang terus ter depresiasi dan inflasi akan terus naik dan tidak bersifat sementara tapi selamanya.
Kebijakan moneter ketat (menaikkan suku bunga atau mengurangi uang beredar) biasanya diterapkan untuk mengendalikan inflasi. Ketika inflasi terkendali, harga barang dan jasa akan stabil atau bahkan menurun untuk sementara.
Peningkatan jumlah uang beredar (misalnya, melalui kebijakan pelonggaran kuantitatif atau cetak uang) dapat menyebabkan inflasi karena lebih banyak uang yang beredar di masyarakat, namun jumlah barang dan jasa tetap sama. Hal ini menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa karena uang yang beredar lebih banyak dibandingkan ketersediaan produk atau jasa di pasar.
Sebaliknya, jika bank sentral mengurangi jumlah uang beredar, maka daya beli masyarakat akan menurun, yang dapat menekan permintaan dan menurunkan harga, akibat dari deflasi dan rawan daya beli, pedagang mungkin terpaksa menurunkan harga bila terdorong oleh kebutuhan likuiditas, sementara daya beli menurun akibat berkurang nya peredaran uang di pasar.
Kebijakan moneter yang menaikkan suku bunga meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan. Ini berarti biaya modal untuk ekspansi, investasi, atau operasi perusahaan menjadi lebih tinggi. Biaya produksi yang meningkat sering kali dibebankan pada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi di kemudian hari, sehingga beban dan biaya hidup akan semakin meningkat.
Sebaliknya, suku bunga rendah memungkinkan perusahaan meminjam dengan biaya lebih murah, sehingga biaya produksi lebih rendah dan harga barang dan jasa mungkin lebih stabil atau turun.
Kebijakan moneter juga memengaruhi nilai tukar mata uang. Jika kebijakan moneter menyebabkan mata uang lokal melemah (misalnya, akibat inflasi atau suku bunga rendah), maka harga barang impor akan naik karena perlu lebih banyak mata uang lokal untuk membeli barang dari luar negeri, hal ini akan menjadikan negara-negara yang memiliki hutang dalam valuta asing mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bila negara tersebut sangat ketergantungan pemenuhan kebutuhan domestik pada produk import.
Di sisi lain, jika kebijakan moneter menyebabkan penguatan mata uang, barang impor menjadi lebih murah, yang dapat menekan harga barang di pasar domestik dan menjadikan persaingan meningkat oleh banjir nya produk import, hal tersebut dapat berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan-perusahaan domestik oleh mereka para pelaku usaha multi nasional yang bergerak secara gobal.
Kebijakan moneter juga memengaruhi ekspektasi inflasi di kalangan konsumen dan pelaku pasar. Jika pelaku pasar mengharapkan inflasi akan meningkat akibat kebijakan moneter longgar, mereka mungkin akan menaikkan harga lebih awal sebagai langkah antisipasi. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa meskipun inflasi belum terjadi.
Suku bunga rendah juga bisa memicu kenaikan harga aset seperti properti dan saham. Dengan bunga pinjaman rendah, orang lebih mudah membeli properti atau berinvestasi, yang meningkatkan permintaan dan mendorong harga properti naik. Sebaliknya, suku bunga tinggi cenderung menurunkan permintaan terhadap aset-aset seperti properti, yang bisa menekan harga untuk sementara.
Intinya Baik Alat tukar Pembayaran juga Harga barang dan jasa akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter tersebut dimana Kesalahan dalam mengambil kebijakan akan berdampak pada Ekonomi dan Harga baik barang maupun jasa secara keseluruhan. (red)